Mendekati hari raya lebaran, akhir-akhir ini semakin marak penipuan online dengan modus beragam. Akan tetapi sebenarnya modus-modus penipuan itu sudah berjalan beberapa tahun yang lalu. Korban-korban penipuan juga tak sedikit yang sudah melaporkan kejadian tersebut ke kepolisian, namun penipu tak jera untuk mencari akal menjerat korban dengan modus berbeda-beda.
Dalam tulisan ini saya hanya ingin berbagi pengalaman saya yang beberapa kali kena modus penipuan. Sebanyak 3 kali saya pernah mengalami hal tersebut, dan 1 kali saya sempat transfer ke penipu. Kejadiannya juga sebenarnya sudah terjadi beberapa tahun yang lalu, namun saya hanya ingin berbagi pengalaman disini agar teman-teman lebih berhati-hati.
MODUS PENIPUAN ANAK JATUH DI SEKOLAH
Kejadiannya sudah beberapa tahun yang lalu dengan modus anak jatuh di sekolah, dikabarkan bahwa anak dibawa ke rumah sakit dan ujung-ujungnya minta ditransfer untuk biaya pengobatan. Saat itu penipu mengaku sebagai satpam di sekolah anak saya. Kira-kira modusnya sama dengan saat ini yang sedang marak, penipu mengaku dari kepolisian dan mengatakan bahwa anggota keluarga kita (anak) terlibat narkoba. Kemudian mereka akan meminta transfer sejumlah uang untuk mengurus kasus tersebut, agar tidak sampai ke ranah hukum. Istilahnya jalan damai.Saat kejadian tersebut anak saya masih duduk di sebuah SMP negeri. Siang hari tiba-tiba ada seseorang yang menelpon dan mengaku satpam di sekolah anak saya. Terdengar suara si penelpon di seberang sana yang mengatakan kalau anak saya jatuh di sekolah dan saat ini ada di rumah sakit. Penelpon mengaku sebagai satpam di sekolah anak saya. Yang membuat saya heran, penelpon hanya mengatakan “anak ibu jatuh di sekolah dan saat ini ada di rumah sakit.” Ketika saya tanya balik, “anak saya namanya siapa? Sekolah di SMP mana, kelas berapa? Ini dengan satpam sekolah namanya siapa?” Si penelpon tak bisa menyebutkan nama anak saya, tempat bersekolah dan nama satpam (kebetulan saya kenal semua satpam di sekolah). Jawabannya berbelit-belit dan selalu memaksa untuk segera transfer ke sebuah nomor rekening, serta menakut-nakuti tentang kondisi si anak.
Melalui perdebatan yang panjang, akhirnya saya curiga dan sadar bahwa penelpon ini adalah penipu yang menyamar dari pihak sekolah. Saat itu juga telepon saya tutup dan saya blokir.
Berikutnya saya hubungi pihak sekolah dan menceritakan kronologisnya sambil mencari informasi kondisi anak saya. Ternyata anak saya baik-baik saja dan sedang mengikuti KBM di kelas bersama teman-teman dan gurunya.
Untuk selanjutnya buat teman-teman bila ada penelepon gelap seperti kejadian itu, jangan sekali-sekali menyebut nama anak kita (identitas apapun). Sebaliknya kita desak merekalah yang harus menyebut nama anak kita dan sekolahnya. Jika mereka tak dapat menyebut identitas anak kita, berarti mereka adalah komplotan penipu yang menjebak korbannya.
MODUS PENIPUAN LELANG EMAS DI PEGADAIAN
Modus penipuan yang kedua adalah saat saya membeli emas lelangan di akun pegadaian (akun instagram). Saat itu saya sedang ingin beli perhiasan emas dengan harga yang terjangkau. Kebetulan di instagram saya menemukan sebuah akun “pegadaian,” yang akhirnya saya ketahui bahwa itu adalah akun palsu. Disana ditunjukkan banyak foto-foto perhiasan emas aneka model, dengan aneka harga dari yang murah hingga yang mahal.Tertarik dengan salah satu model cincin dengan harga 500.000, kemudian saya DM akun tersebut. Oya, waktu itu harga emas belum semahal saat ini. Dan tak lama kemudian mendapat balasan bahwa saya harus transfer ke sebuah nomor rekening sebuah bank dengan harga sesuai yang tertera di instagram.
Berangkatlah saya menuju ATM (waktu itu belum punya m-banking) kemudian melakukan transaksi transfer. Sebenarnya saya melihat ada kejanggalan nama yang tertera di rekening tersebut. Nama rekening di layar ATM tertera “rekening facebook.” Saya sempat ragu-ragu, tapi saya tetap mentransfer uang 500.000 tersebut. Setelah mengirim bukti transfer, saya mendapat telepon dari seseorang, yang mengaku dari balai lelang.
Intinya si penelepon minta saya transfer lagi 1.200.000 sebagai jaminan pengambilan barang di balai lelang, untuk kemudin uang akan dikembalikan bila barang (cincin) telah keluar dari balai lelang. Dari situ saya sudah mulai curiga hingga terjadi perdebatan alot, saya bersikukuh tidak akan transfer 1.200.000 karena dalam perjanjian tidak ada tambahan transfer selain harga barang. Si penelepon terus meneror dan mendesak agar saya segera transfer. Disini saya mulai sadar bahwa mereka adalah komplotan penipu yang ingin menjebak saya. Saya bilang ke penelepon, apa anda bisa menjamin kalau saya transfer 1.200.000 uang saya akan kembali, dan barang (cincin) akan anda kirim ke alamat saya. Karena perdebatan tak ada ujungnya, saya tutup telepon. Dalam hati saya menyesal sudah tertipu transfer 500.000 ke mereka.
Selanjutnya saya menuju kantor pegadaian untuk mencari informasi, dan menceritakan kronologis kejadian kepada karyawan pegadaian. Petugas dengan sabar menjelaskan pada saya bahwa ini adalah modus penipuan baru. Bila akan mengadakan lelang, pegadaian selalu memberi informasi melalui situs resminya. Selain itu barang-barang yang dilelang juga didisplay. Pegadaian tidak punya akun instagram tersebut (sambil saya tunjukkan nama akun instagram penipu).
Nasi sudah menjadi bubur, saya terlalu percaya pada akun-akun bodong yang tak jelas (di instagram maupun facebook). Sejak saat itu saya lebih berhati-hati dalam bertindak dan tidak tergesa-gesa. Saya lebih memilih investasi dalam bentuk antam yang bisa dibeli di tempat yang terpercaya. Bahkan saya pun menjadi reseller antam saat ini. Untuk teman-teman agar lebih berhati-hati dan tidak tertipu akun abal-abal yang mengaku dari pegadaian maupun instansi lain.
MODUS PENIPUAN KELEBIHAN TRANSFER
Modus penipuan yang ketiga adalah saat saya menjadi panitia (bendahara) sebuah acara bakti sosial di alumni sekolah, yang kejadiannya ada di bulan ramadhan.Sudah menjadi jadwal tiap tahun alumni sekolah saya mengadakan bakti sosial bulan ramadhan. Woro-woro untuk donasi biasanya melalui flyer dengan mencantumkan nama, no rekening dan bank, serta no WA sebagai konfirmasi transfer pada flyer tersebut.
Malam itu kalau tidak salah seminggu setelah flyer beredar, saya mendapat WA dari orang tak dikenal. Penelepon mengatakan bahwa dia baru saja transfer untuk donasi baksos. Dia tidak menyebutkan alumni atau bukan, hanya mengatakan baru saja transfer 13 juta dan mengirim bukti transfer ke nomor WA saya.
Tetapi yang saya herankan, dia mengatakan kalau transfernya kelebihan 10 juta (seharusnya hanya 3 juta saja transfernya). Dengan setengah memaksa, orang ini meminta agar saya transfer balik ke dia segera, karena uang yang 10 juta akan digunakan istrinya operasi malam itu juga.
Wah, saya curiga dong. Saya bersikukuh tak mau transfer dan besok saya akan ke bank untuk melihat mutasi rekening, apakah benar-benar ada uang masuk rekening sebesar 13 juta tersebut. Selanjutnya karena saya tidak merespon WA nya, orang tersebut bolak balik menelepon saya namun tidak saya angkat.
Keesokan harinya saya menuju bank tempat saya buka rekening donasi. Saya jelaskan pada petugas (Customer Service), dan saya ceritakan kronologis kejadian tadi malam. Benar saja, setelah dicek oleh CS, ternyata tak ada transaksi uang masuk 13 juta seperti yang dikatakan penelepon tersebut. Alhamdulillah, ternyata saya masih bisa memegang amanah yang diberikan teman-teman untuk mengumpulkan donasi baksos. Tak habis pikir dan tak bisa membayangkan, bila malam itu saya benar-benar transfer ke penipu tersebut. Tentunya saya merasa berdosa pada teman-teman yang telah memberi amanah saya untuk menampung uang donasi.
Petugas bank mewanti-wanti pada saya untuk selalu berhati-hati karena akhir-akhir ini banyak modus penipuan yang mengatas namakan bank. Dan modus penipuan dengan berbagai alasan dan cara untuk menjerat korbannya.
Tulisan ini saya bagikan ke teman-teman agar lebih waspada dan tidak mengalami kejadian seperti saya. Apalagi saat ini bulan ramadhan dan sebentar lagi lebaran, pasti banyak event baksos dan kegiatan lain yang tentunya melibatkan pengumpulan donasi. Semoga bermanfaat.
Posting Komentar