wahyusuwarsi.com

HIKMAH DIBERI NIKMAT SAKIT SAAT RAMADHAN



Ilustrasi cedera


Ada beberapa hadist yang mengatakan bahwa sakit adalah penggugur dosa dan sakit menghapus kesalahan.

1. Sakit sebagai penggugur dosa:
"Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu musibah berupa sakit atau lainnya, melainkan Allah akan menggugurkan dosa-dosanya dengan sakitnya itu, sebagaimana sebatang pohon yang menggugurkan daun-daunnya." (HR Al Bukhari dan Muslim)

2. Sakit Menghapuskan Kesalahan
“Tidaklah menimpa seorang muslim suatu keletihan, penyakit, kecemasan, kesedihan, kesulitan, kesakitan, dan kepedihan, bahkan hingga duri yang menusuknya, melainkan dengan semua itu Allah akan menghapuskan segala kesalahannya." (HR Al Bukhari)

Saya ingin cerita pengalaman saya diberi nikmat sakit menjelang bulan puasa tahun 2025, tepatnya tanggal 18 Januari 2025 lalu.

Jadi ceritanya, pada bulan Desember 2024 komplek perumahan kami diberi kiriman banjir, dalam sebulan dua kali kami kedatangan tamu air hingga masuk ke dalam rumah setinggi 60 cm. Tentu saja hal ini sangat menguras tenaga dan energi untuk membersihkan lumpur dan bekas banjirnya. Saat itu memang badan saya benar-benar terasa sangat lelah, namun berhubung masih banyak kerjaan domestik hingga rasa lelah saya abaikan.

Sebulan setelah peristiwa banjir itu, tanggal 16 Januari 2025 kembali kami kedatangan tamu tak diundang tersebut, namun tak separah banjir pertama dan kedua. Air pun masih betah masuk ke dalam rumah setinggi 30 cm. Tapi pada akhirnya beberesnya juga sama menguras tenaga dan waktu. Entah kenapa saat membersihkan halaman belakang (halaman kost), saya sempat terperosok ke dalam lubang yang terdapat kran air. Memang sudah lama kran air itu copot dan hanya tersisa mur (tumpul) di atasnya. Tiap kali menggunakannya, kami harus memakai tang untuk memutarnya. Kebetulan tempat kran itu ada di bawah dan tidak ditutup. Tetapi setelah musibah ini, lubang telah dibuatkan tutup.

BEROBAT KE DOKTER

Beberapa hari setelah kaki cedera, saya masih belum sadar bahwa ternyata lukanya cukup dalam. Oya, luka itu ada ditelapak kaki kiri saya. Luka hanya saya tutup dengan *****plast. Tetapi 3 hari setelahnya, baru saya sadar bahwa luka terasa sakit (senut-senut) dan mengeluarkan cairan. Tanpa membuang waktu lagi, saya segera ke dokter umum untuk pengobatan. Menurut dokter, saya terlambat berobat karena ternyata luka itu menimbulkan infeksi. Andaikan saya lebih awal berobat, hal ini tidak akan terjadi dan saat ini luka saya sudah sembuh. Penyesalan selalu datang di akhir.

Tak terasa sudah sebulan sejak kaki saya cedera, dan sudah 6 kali saya ke dokter umum. Di sana kaki saya dibersihkan dan diberi obat antibiotik dan salep. Jangan ditanya rasa sakitnya, saat luka dibersihkan hingga ke dalam karena dokter tidak memberi obat bius. Selama 6 kali kontrol, pembersihan luka telah dilakukan 3 kali.

Sudah hampir 2 bulan kaki saya cedera, tetapi saya merasa ada hal yang tidak beres karena luka masih mengeluarkan cairan dan belum mengering.

Akhirnya dengan kesadaran saya sendiri dan bertekad ingin segera sembuh, saya berobat ke rumah sakit besar di kota saya. Di rumah sakit ini awalnya saya periksa ke dokter umum dan setelah melihat luka saya, dokter merujuk ke dokter bedah. Alhamdulillah tidak menunggu lama, saya ditangani dokter bedah di rumah sakit ini dan segera dilakukan tindakan.

Awalnya memang ada rasa takut, mendengar kata dokter bedah. Maklum sebagai orang awam, otak overthinking mikir sesuatu yang belum terjadi. Pasrahlah saya untuk diperiksa dan dibedah (operasi kecil) oleh pak dokter yang ramah ini. Dan dalam penanganan ini, menggunakan bius lokal sehingga tak terasa sakitnya. Hanya kaki terasa kebas selama satu jam.

Menurut dokter, masih ada jaringan mati di dalam, masih bernanah sehingga belum tumbuh jaringan baru. Kalau tidak salah, istilahnya jaringan tumbuhnya belum tuntas (mungkin saya salah). Dokter juga menyebut istilah kedokterannya, tapi saya tak bisa mengingatnya.

Setelah diberi obat antibiotik, pereda nyeri dan salep saya pun kembali ke rumah (tentunya kaki masih ditutup perban).

Hingga hari ini sudah 2 hari setelah tindakan, kaki saya sudah terasa lebih baik. Ya wajar kalau kadang masih terasa nyeri, maklum kan luka baru. Semoga kedepannya lebih baik dan kembali normal beraktivitas.

HIKMAH SAKIT DI BULAN RAMADHAN


Ilustrasi membaca Al-Qur'an
ilustrasi-membaca-al-quran
(Gambar: pinterest)


Biasanya di bulan ramadhan pasti banyak kegiatan yang dilaksanakan, misalnya pengajian, khataman Qur’an, tahsin bersama, bakti sosial atau bahkan acara buka bersama.

Begitupun dengan saya, ramadhan identik dengan rangkaian kegiatan pengajian, baksos dan lainnya. Baksos biasanya dilaksanakan oleh pengajian dari komunitas alumni sekolah SMA saya. Baksos bisa berupa penjualan sembako murah, pakaian pantas pakai, shodaqoh untuk anak yatim dan dhuafa serta kegiatan lain.

Akan tetapi di bulan ramadhan tahun ini (1446 H), saya terpaksa tak bisa mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut karena kondisi cedera kaki yang belum pulih. Sebenarnya ada rasa gelo (kecewa) juga. Saya yang biasa aktif ikut dalam kepanitiaan maupun kegiatan tersebut, tahun ini hanya duduk manis di rumah sambil memantau di grup WA saja.

Mungkin ini juga merupakan teguran dari Allah Swt atas kurangnya ibadah saya (dalam arti kurang khusyu) atau mungkin kurangnya saya beramal.

Dari peristiwa ini bisa diambil hikmah bahwa selama ramadhan saya tak bisa keluar rumah, dan harus memperbanyak ibadah. Kalau biasanya menghadiri kajian offline, selama ramadhan hanya bisa mendengarkan kajian secara online. Saya juga bisa lebih banyak membaca Al-Qur’an, menjalankan shalat sunnah (duduk), tidak banyak keluar rumah untuk acara bukber misalnya. Duduk manis di rumah sambil mengerjakan kegiatan yang bisa saya lakukan semampu saya (yang tidak banyak menggunakan aktifitas kaki), misalnya menulis artikel di blog, mengikuti challenge menulis, dan membaca.


Ilustrasi mengikuti kajian oline
ilustrasi-mengikuti-kajian-online
(Gambar: pinterest)


Pokoknya banyak hikmah yang saya rasakan setelah diberi nikmat sakit oleh Allah Swt. Saya berusaha ikhlas dan menjalaninya dengan rasa syukur. Semoga Allah meridhoi puasa kita hingga dipertemukan dengan hari kemenangan. Aamiin Ya Rabbal Alamin.







Posting Komentar