wahyusuwarsi.com

WANITA YANG MENGINSPIRASI



Hari ibu diperingati setiap tanggal 22 Desember. Walaupun hari ibu sudah berlalu, namun tak menghilangkan kenangan dan rasa cinta saya pada ibu yang telah tiada.

Saya ingin berbagi tulisan tentang dua wanita yang menginspirasi saya dan menjadi panutan, yaitu ibu kandung saya dan ibu mertua saya. Keduanya telah berpulang puluhan tahun yang lalu. Akan tetapi semua kenangan tentangnya tak lekang oleh waktu.

MENJADI IBU YANG SABAR DAN PENUH CINTA


Gambar seorang ibu sedang memasak
seorang-ibu-sedang-memasak
(Gambar: ilustrasi dari AI)


Ibu saya meninggal 25 tahun yang lalu, ketika itu umur saya masih 30- an dan sudah dikaruniai seorang putri kecil yang masih balita.

Almarhumah Ibu adalah seorang wanita sederhana dan tidak neko-neko. Beliau aktif di beberapa organisasi kewanitaan. Ya karena hal ini adalah tuntutan untuk mengikuti kegiatan di kantor almarhum bapak.

Kekaguman saya pada beliau yang tak pernah lelah mengasihi dan merawat keluarga dengan tulus, ikhlas dan sabar. Ibu adalah seorang ibu rumah tangga bukan wanita karier. Seluruh waktu dan tenaganya diikhlaskan untuk mendidik dan merawat kami anak-anaknya (saya dan tiga adik). Di sela-sela kesibukan mengurus anak-anaknya, beliau masih menyempatkan waktu untuk berkegiatan sosial dan berorganisasi. Mungkin waktu 24 jam terasa kurang bagi beliau.

Pagi pukul 03.30 sudah mulai berkegiatan menyiapkan hidangan untuk keluarga dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Ibu saya memang tidak mempunyai asisten rumah tangga, sejak dahulu semua pekerjaan dikerjakannya sendiri. Sewaktu anak-anak masih kecil, ada seorang ART yang membantu. Namun saat anak-anak sudah remaja, masing-masing mulai diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas domestik rumah tangga. Tidak masalah karena tidak mengganggu jam belajar anak-anak.

Jadi kami anak-anak sudah terbiasa dididik untuk mandiri dan bertanggung jawab. Sebagai anak seorang anggota Angkatan Darat, kami sudah terbiasa dengan pendidikan disiplin dan mandiri ala militer. Memang awalnya terasa berat, namun lama kelamaan menjadi terbiasa. Hingga dewasa dan menikah, hal ini terbawa sampai sekarang. Karena sudah terbiasa dari kecil, hingga menikah kebiasaan disiplin ini pun saya terapkan pada anak-anak. Berusaha untuk tidak jam karet, jangan membiarkan orang lain menunggumu, menepati janji dan tidak ingkar, berusaha mandiri dan tidak menyusahkan orang lain, meletakkan barang harus dengan rapi di tempat semula dan masih ada aturan-aturan lainnya. Mungkin bagi orang lain hal ini membuat tidak nyaman dan kurang bebas. Akan tetapi di keluarga kami, hal disiplin ini sudah menjadi kebiasaan yang dengan senang hati kami lakukan.

Dalam ngeblog dan menulis pun kebiasaan ini jadi terbawa hingga sekarang. Membuat to do list untuk menulis, dan berusaha disiplin konsisten menulis setiap hari, walaupun hanya satu jam. Hal ini juga adalah salah satu didikan kedua orang tua terutama ibu dalam hal disiplin.

Beberapa kejadian lucu sering saya alami, berkaitan dengan kedisiplinan ini. Jadi ceritanya, setiap kali akan bepergian (menginap) saya yang terbiasa menyiapkan semuanya sendiri (packing), punya kebiasaan untuk membuat daftar barang yang akan dibawa lalu menyiapkan nya minimal sehari sebelum keberangkatan. Nah, pernah suatu kali kami sekeluarga hendak berlibur dan packing pagi hari sebelum berangkat … ternyata ada saja barang yang ketinggalan.

Ibu saya wafat saat berumur 59 tahun, karena serangan jantung. Kepergian yang begitu mendadak tentunya mengagetkan kami semua yang ditinggalkan. Tetapi kami harus ikhlas karena ini sudah menjadi ketetapan dari Allah Swt. Kami hanya bisa mendoakan semoga ibu husnul khotimah, aamiin.

IBU YANG BERJUANG UNTUK KELUARGA


Gambar seorang ibu sedang menjahit
seorang-ibu-sedang-menjahit
(Gambar: ilustrasi AI)


Ibu mertua saya adalah juga sosok wanita yang menginspirasi saya. Beliau mempunyai tiga orang putra dan putri, dan suami saya adalah anak sulung. Seorang wanita yang sangat sederhana dan berjuang demi keluarga. Kalau istilah sekarang adalah wanita berdaya.

Ayah mertua adalah pensiunan pegawai swasta, dan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, ibu membuka usaha menerima jahitan. Usahanya berjalan lancar, ya cukuplah untuk menutup kebutuhan sehari-hari. Membuka usaha jahitan dilakukan di rumah yang memang letaknya strategis. Harga ongkos jahitnya sangat terjangkau, karena itulah banyak juga pelanggan ibu.

Seperti ibu saya, ibu mertua ini pun juga tidak dibantu Asisten Rumah Tangga. Semua pekerjaan domestik rumah tangga dikerjakannya sendiri, sambil membuka usaha jahitan. Sungguh membuat saya salut dan kagum, karena usia beliau pun juga sudah tidak muda lagi (60 tahun).

Perjuangan dan doa seorang ibu tidak sia-sia. Alhamdulillah semua putra putri ibu sudah menjadi pribadi yang mandiri dan hidup bersama keluarga masing-masing.

Perjuangannya untuk keluarga sangat menginspirasi saya. Ibu tidak pernah mengeluh, walaupun mungkin sangat lelah. Semua dijalani dengan tulus, ikhlas dan sabar dalam melakukan aktivitasnya merawat dan mengasihi keluarga.

Ibu meninggal di usia 61 tahun karena hipertensi, dan beliau meninggal dengan tenang sehari setelah masuk ICU. Doa yang kami panjatkan semoga ibu husnul khatimah, aamiin.

Itulah ulasan saya tentang dua wanita yang menginspirasi dan mempunyai semangat mendidik, merawat, menyayangi serta mencintai keluarga. Semoga bermanfaat.



Posting Komentar