![]() |
Deforestasi adalah penebangan hutan secara besar-besaran dengan tujuan untuk membuka lahan baru yang digunakan untuk pertanian, pembangunan, perkebunan atau kegiatan lain.
Hal inilah yang mendapat sorotan dan komentar dari para netizen, yang mungkin sebagian besar kurang setuju dengan pendapat beliau ini. Bahkan banyak dari kalangan penulis juga membahas di medsosnya tentang masalah ini. Saya menemukan salah satu postingan tentang deforestasi di instagram yang kebetulan lewat di beranda saya, dari seorang penulis buku anak yang selama ini menyuarakan tentang pelestarian lingkungan di buku-buku karyanya.
Seperti kita ketahui, hutan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup yang lain. Dengan adanya deforestasi besar-besaran, menyebabkan habitat flora dan fauna di dalam hutan terganggu. Selain itu juga menyebabkan erosi, longsor dan banjir karena tidak adanya penahan air. Seperti kita ketahui, bahwa akar tanaman hutan mempunyai fungsi menahan air tanah. Sedangkan daun-daun dari pohon yang jatuh ke tanah, sangat bermanfaat untuk menyuburkan dan menggemburkan tanah.
Beberapa waktu lalu terjadi kebakaran hutan di gunung Merbabu, yang mengakibatkan banjir di daerah Kopeng setelahnya. Ini adalah salah satu bukti bahwa hutan memang sangat bermanfaat, diantaranya adalah untuk menahan banjir dan longsor. Melihat tayangan di televisi saat itu rasanya miris dan ngeri, melihat air dari hutan Merbabu mengalir deras turun ke desa-desa sekitar Kopeng disertai hujan deras pula.
Pada Pasal 1 UU No 24 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, Kawasan hutan merupakan wilayah yang ditunjuk atau sudah ditetapkan oleh pemerintah agar terus dipertahankan eksistensinya sebagai hutan tetap.
Di bawah ini akan mengulas pengertian, jenis dan fungsi hutan.
MENGENAL HUTAN DI INDONESIA DAN MANFAATNYA
Hutan adalah sebuah lahan lapang yang didominasi oleh pepohonan yang banyak dan menjadi tempat tinggal binatang, tumbuhan, dan organisme lainnya (certification.com).Pengertian hutan menurut ahli ekologi adalah komunitas tumbuhan yang terdiri dari berbagai macam jenis pohon yang tumbuh secara bersama-sama dengan susunan berjajar rapat, dan membentuk kanopi.
Hutan merupakan satu ekosistem dimana di dalamnya terdapat berbagai macam flora, satwa liar, terdapat juga sungai, padang rumput dan sebagainya. Menurut FAO (Food and Agriculture Organization), hutan merupakan sebuah lahan yang luas terhampar dan lebih dari 0,5 hektar, yang ditumbuhi pepohonan dengan tinggi lebih dari 5 meter, dan lebih dari 10 persennya membentuk kanopi.
Indonesia dikenal sebagai paru-paru dunia karena menyumbangkan 10% dari hutan dunia. Di Indonesia terdapat beberapa jenis hutan berdasarkan ciri-cirinya.
Hutan hujan tropis dengan tumbuhan yang mempunyai daun lebar dan rapat. Karena itulah hutan hujan tropis mempunyai kelembaban yang tinggi karena sinar matahari tidak dapat menembus ke dasar hutan.
Hutan bakau merupakan hutan yang terdapat tanaman bakau, terdapat di air payau. Manfaat hutan bakau adalah untuk menahan abrasi air laut. Saat ini bahkan tanaman bakau dibudidayakan dengan menanamnya di pinggir pantai untuk menahan abrasi air laut.
Hutan produksi yang dikelola oleh Perhutani dan menghasilkan kayu atau hasil hutan lainnya.
Hutan cagar alam sebagai tempat berlindungnya flora atau fauna (satwa) yang langka. Hutan ini memang dibudidayakan. Bahkan beberapa dijadikan sebagai tempat wisata.
Hutan homogen adalah hutan dengan satu jenis tumbuhan, dan dibuat untuk tujuan khusus misalnya untuk penghijauan. Contohnya adalah hutan jati dan hutan pinus.
Hutan heterogen merupakan hutan dengan beragam jenis tanaman dan hewan di dalamnya. Hutan ini tumbuh secara alami tanpa campur tangan manusia.
Manfaat hutan sangat penting bagi manusia dan makhluk hidup lainnya, karena ekosistem hutan merupakan habitat berbagai makhluk hidup (flora dan fauna).
Adapun manfaat hutan bagi manusia dan lingkungan adalah:
- Hutan dikenal sebagai paru-paru dunia. Hutan menghasilkan oksigen (O2) dan menyerap karbondioksida (CO2) melalui proses fotosintesis. O2 sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk bernapas dan membantu metabolisme. Sedangkan CO2 merupakan gas rumah kaca yang menyebabkan global warming (pemanasan global) pada bumi.
- Mengurangi polusi udara karena adanya tumbuhan hijau sebagai penghasil O2 (oksigen).
- Tanah di dalam hutan membantu menyimpan karbon, sehingga tidak terlepas ke atmosfer. Hal ini mengurangi pemanasan bumi.
- Merupakan tempat cadangan air tanah melalui penyerapan oleh akar dan tanah.
- Mencegah erosi dan banjir karena adanya akar tanaman dan tanah yang membantu menahan air. Daun-daun yang lebat membantu menyerap dan menyimpan air hujan.
- Menyuburkan tanah dengan adanya dedaunan yang jatuh dan menjadi pupuk organik. Hal ini juga memperbaiki struktur tanah.
- Menjaga kelestarian beragam flora dan fauna yang hidup di dalamnya.
- Sebagai sumber daya alam bagi manusia. Banyak penduduk asli yang tinggal di sekitar hutan dan memanfaatkan hasil hutan untuk kebutuhan hidupnya.
DEFORESTASI DAN DAMPAKNYA
![]() |
deforestasi-penebangan-hutan (Gambar: pixabay) |
Dampak deforestasi antara lain adalah:
- Potensi terjadi bencana banjir dan longsor.
- Hilangnya beragam jenis flora dan fauna yang terancam punah.
- Rusaknya sumber daya air (mengurangi kualitas air tanah).
- Meningkatnya efek gas rumah kaca sehingga mempengaruhi perubahan iklim.
- Masyarakat lokal kehilangan sumber daya alam dan ekonomi.
APA KONTRIBUSI TANAMAN SAWIT TERHADAP DAMPAK DEFORESTASI?
![]() |
perkebunan-kelapa-sawit (Gambar: pixabay) |
Tanaman sawit bukan merupakan tanaman hutan melainkan termasuk tanaman perkebunan. Hidup di tanah berair (gambut) hingga tanah mineral (gunung), dengan cahaya matahari penuh (6-8 jam/hari), mempunyai akar serabut, hidup pada ketinggian 0-600 m dpl. Tanaman sawit ditanam secara monokultur.
Klasifikasi tanaman sawit menurut FAO (Food and Agriculture Organization) merupakan tanaman industri atau perkebunan. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI mengklasifikasikan sawit sebagai tanaman perkebunan bukan hutan.
Kontribusi sawit terhadap deforestasi adalah:
- Adanya perkebunan sawit dapat meningkatkan pendapatan dan membuka lapangan kerja masyarakat di sekitarnya.
- Berkontribusi mengurangi efek gas rumah kaca dengan penggunaan biofuel (bahan bakar yang dihasilkan dari sumber daya hayati. Contohnya adalah biodiesel (dari minyak sawit, kedelai dan jarak).
- Mengurangi tekanan pada hutan alam dengan menyediakan alternatif sumber daya.
Referensi:
Hasil wawancara by WA dengan Bp Ir Mathius Hosang (Purna Tugas Pembina Tingkat I Dinas Lingkungan Hidup Kalimantan Tengah).
https://mutucertification.com/fungsi-hutan-bagi-manusia-dan-lingkungan/
https://www.kompas.com/skola/read/2023/11/09/010000069/pengertian-deforestasi-penyebab-dan-contohnya
https://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/6404/klhk-tegaskan-sawit-bukan-tanaman-hutan
Aku kurang mengerti soal penanaman sawit mbak ternyata ada cara lain untuk buka lahan dengan tanpa bakar ya kalau itu yang terbaik harusnya dilakukan saja sehingga hutan masih tetap bisa kita ambil manfaatnya untuk banyak orang ya. Aku setuju untuk tetap melestarikan hutan
BalasHapussebenarnya ada peraturannya kan ya untuk hutan produktif dan hutan lindung, sepertinya memang eksploitasi hutan lindung ini yang meresahkan, nggak hanya memengaruhi iklim, tapi juga habitat asli hewan dan sumber pangan
BalasHapusHayuuk lah untuk meminimalisir deforestasi, karena dampaknya ini yang bisa membahayakan buat masa depan. Jaga hutan sama dengan menjaga kehidupan kita juga kan?
BalasHapusKelapa sawit tanaman hasilnya lumayan mahal dan harga tinggi di pasaran. Dampak deforestasi bisa diminimalisir dengan dukungan pemerintah dan penegakan hukum yang tegas dengan menghukum pelaku
BalasHapussawit ini kalau nggak salah dia mengambil air dari tanah di sekitarnya jadinya kalau ada lahan sawit dibuka tanaman di sekitar pasti mati. kontroversi banget sih sebenarnya ucapan presiden yang mau nambah lahan sawit itu
BalasHapusDeforestasi ini... aduh, kok bisaa ya disepelekaan dampaknya bahkan oleh seseorang sekelas presiden. Semoga masyaarakat banyaak yang teredukasi sehingga nggak gampang dibodohi dengan pernyataan semacam "kan sawit juga pohon"
BalasHapusPadahal beberapa negara sudah menghindari bahan makanan yang dibuat /berasal dari proses yang membawa dampak buruk pada lingkungan.
BalasHapusSeperti diceritakan anak saya yang kini kuliah di Prancis, di sana komposisi makanan yang dijual di supermarket itu diperhatikan dengan benar. Beberapa tahun terakhir sudah ada aturan soal bahan makanan dari minyak sawit. Pegiat lingkungan di sana juga menentang keras hal ini karena sawit adalah tanaman perkebunan yang ditanam dari membabat hutan
Isu ini lagi rame ya...saya sangat tidak setuju kalau untuk membangun/mendirikan sesuatu harus babat hutan dulu karena luas hutan sudah semakin berkurang. Mustinya hutan yang ada tetap dipertahankan
BalasHapusPentingnya orang yang berilmu sekaligus paham agama agar bisa memelihara alam dengan seimbang. Insyaallah dengan ilmu ada solusinya
BalasHapusLahan sawit sudah cukup luas, setidaknya dioptimalkan saja yang ada tanpa melakukan deforestasi, karena bagaimanapun juga Indonesia membutuhkan hutan bahkan duniapun membutuhkan hutan
BalasHapusHutan di Indonesia termasuk yang mempunyai peran dalam iklim dunia
Suka lihat postingan akun instagram Merawat Papua, tentang para relawan yang mengabdikan diri untuk merawat Papua, mengedukasi orang-orang di Papua Pegunungan tentang bertani dan berternak agar kebutuhan pangannya terjamin. Mereka sangat menyayangkan dengan proyek Sawit ini. Karena mereka nggak akan dapat manfaatnya, yang ada dapat bencana. Duuh, ayo dong pemerintah, bikin program yang pro rakyat kecil.
BalasHapusIndonesia dulu dikenal sebagai paru-paru dunia. Tapi sekarang, keadaan hutan kita tuh aduh nggak bisa berkata-kata. Banjir dimana-mana, polusi dimana-mana, bahkan hewan-hewan yang harusnya hanya ada di dalam hutan aja sampe keluar ke pemukiman penduduk. Itu menandakan jika hutan bukan lagi tempat yang aman bagi mereka. Alias udah dong jangan dibabat lagi hutannya. :(
BalasHapusbagaimanapun hutan tidak bisa di ganti dengan sawit. walau konsepnya sama2 tanaman hijau tapi sangat jauh berbeda dengan fungsi dan manfaat masing-masing, terutama jika dikaitkan dengan keanekargaman hayati.
BalasHapusIkut sedih sih kalau benar memang wacana ini bakalan bener-bener direalisasikan. Pastinya bakalan banyak kontranya. Apalagi selama ini sawit sudah banyak menyebabkan pembakaran liar, deforestasi, bahkan saat belum digagas pun hal ini sudah terjadi. Apalagi kalau beneran di acc dari atasan langsung. Bisa dibayangkan dampaknya bagi umat, ekosistem di dalamnya, flora, fauna, dan perubahan iklim. Semoga ini banyak dikritisi masyarakat, sehingga diurungkan.
BalasHapusMantap, artikel ini sangat menhedukasi; penulosnya mengupas begitu detail
BalasHapus