wahyusuwarsi.com

TUNGGU AKU 4 BULAN, SEBUAH NOVEL DAKWAH TERBAIK


Tunggu Aku 4 Bulan


IDENTITAS BUKU

Saya tertarik membeli novel ini di suatu pameran buku , dengan harga yang sangat murah 15K. Bukan karena harga murah yang menarik saya membeli novel ini, tetapi di sampul tertulis Novel Dakwah Terbaik. Novel ini ditulis oleh Salman Al Mawi Melawi, seorang dai dan penulis dari Suku Dayak Kabahan. Merupakan novel pertama yang ditulis selama 10 tahun. Di dalamnya banyak saya temukan petikan-petikan ayat Al-Qur’an dan maknanya. Selain itu juga beberapa dahwah pendek dan nasehat-nasehat yang bisa menjadi pedoman dalam hidup ini.

Genre: novel dakwah
Judul: Tunggu Aku 4 Bulan
Penulis: Salman Al Mawi Malawi
Penerbit: Sumalaba tahun 2021
Isi: 308 halaman + vii
Ukuran buku: 14,8 cm x 21 cm

SINOPSIS

Sesungguhnya kebahagiaan dan kejayaan manusia hanya taat kepada Allah. Iman adalah perkara yang paling penting dalam hidup ini. Bila iman baik maka amal agama akan baik, dan bila amal agama baik maka pertolongan Allah akan datang.
Salman adalah seorang pemuda berasal dari pedalaman Kalimantan Barat. Dia lahir di sebuah kampung terpencil sebagai suku Dayak. Sejak kecil sudah menjadi yatim, karena ayahnya wafat sejak Salman masih SD. Dulunya ayahnya seorang guru ngaji di kampungnya. Salman bersekolah di Sekolah Madrasah Aliyah Baitul Mal Pancasila. Karena tidak punya uang untuk masuk SMP, Salman menunda sekolah setahun untuk bekerja mengumpulkan uang, demikian juga saat hendak masuk SMA sekolahnya sempat tertunda setahun karena tidak ada biaya. Salman sekolah di kota yaitu di SMA Madrasah Aliyah Baitul Pancasila, sambil bekerja sebagai marbot masjid.

Di sekolahnya Salman bersahabat dengan Derry Sambasi (asli Melayu Sambas). Derry sering membantu Salman dalam hal biaya. Dan ada seorang lagi sahabatnya yang berasal dari Padang Pariaman yaitu Hendrik Basuo. Menjelang ujian, Salman menasehati kedua sahabatnya agar mempersiapkan diri belajar dan mendekatkan diri pada Allah. Hal ini terutama berlaku untuk Derry yang badahnya tidak sebaik Salman. Setelah lulus ujian, ketiganya berpisah. Salman hendak kuliah di Jakarta, dan minta dioa restu dari ibunya. Salman berniat kuliah dengan biaya sendiri.

Menempuh perjalanan dari Melawi ke Pontianak dengan bus selama 6 jam, menuju bandara Supadio untuk terbang ke Jakarta. Di bandara saat berwudhu Salman bertemu seorang dokter bernama Haji Dedi bersama Atikah putrinya, yang saat itu mereka akan pulang ke Jakarta. Kebetulan pesawat mereka pun sama, dengan tujuan Jakarta. Salman pun berkenalan dengan Haji Dedi dan putrinya.

Sesampainya di Jakarta, Salman yang tidak punya tujuan dan saudara ditawari oleh Haji Dedi untuk diantar menuju gedung TPA yang lokasinya di samping masjid, dan menemui Pak Muhammad Ahok. Masjid tersebut lokasinya dekat kampus. Rencananya Salman akan tinggal disana dan menjadi mabot, jadi sekalian dekat dengan kampusnya. Namun sayang, sesampainya disana ternyata masjid sudah diisi marbot lain dan tidak ada tempat untuk Salman tinggal.

Keluarga Haji Dedi adalah seorang dokter spesialis jantung, dengan dua anak (Abdurrahman dan Atika). Namun saat Abdurrahman ingin bertemu Salman dan datang ke masjid itu, Salman sudah tidak ada disana lagi.

Tiga tahun kemudian tanpa sengaja Salman bertemu sahabatnya Derry, yang telah menjadi polisi. Saat itu Salman mengendarai sepeda motor dan diserempet sebuah mobil. Tak disangka ternyata polisi yang mengurus kecelakaan itu adalah Derry sahabatnya saat sekolah SMA. Derry bercerita bahwa setelah lulus SMA kemudian mendaftar jadi polisi. Pertama kali bertugas ditempatkan di Singkawang kemudian dipindahkan ke Jakarta, dan saat ini sedang proses pindah ke Padang. Merekapun betukar nomor handphone. Salman bekerja sebagai pedangang daun singkong dan tinggal bersama bapak dan ibu Haji Mahmud. Oleh mereka, Salman sudah dianggap seperti anak kandung sendiri.

Kisah berikutnya menceritakan pertemuan tak sengaja antara Derry dan keluarga Salsabila (kekasihnya saaat sekolah). Mereka sudah berganti nama yang lebih Islami, ibunya memakai nama Halimah (Bu Ahmad), Hendrik Basuo memakai nama Ahmad dan Salsabila memakai nama Aisyah.

Bu Ahmad bermaksud menjodohkan Derry dengan anak gadisnya yang bercadar (Aisyah). Derry memberitahu Salman bahwa ia akan menikah dengan Aisyah. Tak disangka ternyata Aisyah adalah keponakan Haji Mahmud, dan beliau berniat menjodohkan Aisyah dengan Salman.

Sementara itu Haji Dedi yang selama ini mencari keberadaan Salman, tiba-tiba mendapat kabar dari rumah sakit bahwa ada seseorang bernama Salman yang butuh pertolongannya. Namun ternyata Allah berkehendak lain, sebelum Haji Dedy tiba di rumah sakit, pasien tersebut telah wafat. Apakah pasien tersebut adalah Salman yang selama ini dicari oleh keluarga Haji Derry?

Saat ini Atikah membuka usaha rumah makan padang dengan nama “Sabar Menunggu.” Dan secara tidak sengaja bertemu Salman yang saat itu menawarkan daun singkong. Oleh Haji Dedi, Salman diminta menikahi Atikah putrinya. Salman bersedia tetapi ada syaratnya yaitu Salman menikahi Atikah setelah 4 bulan IPB di luar negeri. IPB adalaah belajar agama dan belajar mendakwahkan agama di negara India, Pakistan dan Bangladesh.

Sebenarnya Salman bingung harus memilih satu di antara 2 pilihan, Aisyah atau Atikah. Salman menyerahkan jodohnya pada Allah, apakah jodohnya Aisyah atau Atikah. Siapapun jodohnya, yang terpenting bisa mendampingi hidupnya menuju ridho Allah dalam perjuangan dakwah. Sebelum berangkat 4 bulan IPB, Salman pulang ke Melawi untuk berpamitan pada ibunya.

Bagaimana kabar Aisyah? Aisyah akhirnya menikah dengan Derry setelah tahu bahwa calon suaminya adalah orang yang selama ini dicintainya semasa sekolah dulu.

Sedangkan Atikah dijodohkan dengan anak seorang dokter kolega Haji Dedi bernama dokter Bambang, karena Salman tidak ada kabarnya. Atikah dan dokter Bambang sudah bertunangan dan 2 minggu lagi akan menikah.

Salman yang sudah pulang dari India berkunjung ke rumah Haji Dedi dan menerima kabar ini. Dia berusaha untuk ikhlas karena yakin bahwa hal ini sudah menjadi ketetapa Allah. Menjelang pernikahan Atikah dan doter Bambang, Salman turut membantu persiapan pernikahan itu.

3 hari menjelang pernikahan Atikah dan dokter Bambang, dokter Arif (ayahnya) mengabarkan bahwa dokter Bambang kena serangan jantung dan meninggal.Tetapi sebelum wafat, dokter Bambang sempat meminta pada ayahnya untuk menyampaikan pada Atikah, bila dirinya wafat hedaklah Atikah menikah dengan Salman, karena mereka saling mencintai. Maka menikahlah Atika dan Salman.

Beberapa hari setelah menikah, mereka masuk Pesantren Kilat/Wisata Hati selama 3 hari. Tak lupa Salman mengajak Derry dan istrinya (Aisyah). Disana mereka akan belajar agama dan belajar mendakwahkan agama. Peran seorang wanita begitu kuat pengaruhnya dalam perjuangan agama. Untuk itulah Salman mengajak serta istrinya untuk belajar agama dan mendakwahkan agama.

KESIMPULAN

Membaca novel ini serasa seperti mendengarkan kajian dan tolabul ilmi. Saya merasa mendengarkan dakwah seorang ustadz, mendapat banyak pelajaran agama dan pengetahuan agama.

Kalimat-kalimat dalam novel ini sangat panjang, karena satu paragraf hanya berisi satu kalimat saja. Tetapi dalam setiap paragraf banyak terkandung makna dan pelajaran yang menjadikan pengetahuan saya bertambah.

Alur cerita dalam novel ini adalah alur maju. Semua diceritakan dengan runut dan jelas. Bahkan kadang terkesan bertele-tele dengan beberapa penjelasan yang panjang, yang sebenarnya menurut saya bisa dipersingkat kalimatnya.

Jadi novel ini isinya cukup lengkap yaitu ada doa, ada syair pujian untuk Nabi Muhammad, ada dakwah dan nasehat pernikahan, dicantumkan juga kutipan beberapa surat dalam Al Qur’an dan artinya.

Di halaman 269 sampai dengan 271 terdapat nasihat pernikahan. Pada halaman 284 sampai dengan 290 terdapat nasihat tentang ajakan seorang suami kepada istrinya untuk ikut serta belajar mendakwahkan agama.

Dari HR. Abu Daud:
“Barangsiapa yang bangun malam dan membangunkan istrinya kemudian mereka berdua melaksanakan shalat dua rakaat secara bersama, maka mereka berdua akan dicatat sebagai orang yang selalu mengingat Allah Ta’ala”

Dari novel ini dapat diambil pelajaran bahwa seseorang yang berjalan di jalan Allah dan benar-benar taat kepada Allah, akan mendapat kebahagiaan dalam hidupnya. Salman rela meninggalkan gadis yang dicintainya, demi menjalankan dakwah menyebarkan agama (selama 4 bulan). Salman pasrahkan semua kepada Allah, karena hanya Dia-lah yang tahu jodoh yang terbaik untuk Salman. Pengorbanan Salman untuk meninggalkan orang yang dicintai, demi belajar mendakwahkan agama ternyata tidak sia-sia. Karena akhirnya Salman berjodoh dengan gadis yang dicintainya dan akhirnya menikah. Bahkan Salman berhasil mengajak istrinya untuk bersama belajar mendakwahkan agamanya. Teruslah berdakwah tanpa henti, dan teruslah belajar mendakwahkan agamamu. Seperti itulah semboyan saya sebagai penulis bagi Inonesia ini yaitu, TERUS MENULIS UNTUK INDONESIA MAJU.

Nah, itulah tadi review saya tentang novel dakwah berjudul “Tunggu Aku 4 Bulan.” Semoga bermanfaat dan menginspirasi bagi pembaca.

Posting Komentar