wahyusuwarsi.com

SATU RAHIM NAMUN BERBEDA KARAKTER

 

Bersama 2 anakku


Kali ini saya ingin menulis tentang dua anak saya yang saat ini sudah menginjak dewasa. Tulisan tentang karakter keduanya yang sangat berbeda bagai bumi dan langi. Walaupun dilahirkan dari satu rahim yang sama, namun tidak selalu saudara kandung itu mempunyai sifat (karakter) yang sama. Masing-masing anak selalu punya keistimewaan sendiri, punya sifat atau karakter sendiri, bahkan hingga dewasa karakter ini tidak akan hilang dari mereka.

ANAK SULUNGKU YANG AKTIF

Anak sulungku perempuan, berumur 26 tahun dan sudah bekerja. Saat mengandung anak pertama, saya masih bekerja di sebuah bank swasta. Namun tak lama kemudian setahun setelah anak saya lahir, bank tempat saya bekerja dilikwidasi dan tutup. Kira-kira saat itu si sulung berumur 1,5 tahun, dan sejak saya tidak bekerja lagi, kegiatan saya seharian membersamai si sulung.

Dari kecil memang sulung saya ini termasuk anak yang aktif. Sejak umur 3 tahun sudah masuk ke sekolah playgrup (PAUD). Di sekolah pun terlihat sekali keaktifannya sebagai salah satu siswa playgrup saat itu. Kebetulan sekolahnya tidak jauh dari rumah (TK Islam Al Azhar 14 Semarang), jadi tiap hari saya sendiri yang mengantar jemput ke sekolah.

Memasuki usia TK A dan TK B sulung saya mulai aktif mengikuti beberapa les, mengaji (di sekolah), bahasa Inggris, menyanyi dan komputer untuk anak-anak. Les-les itu diikutinya atas permintaan sendiri. Memang kadang-kadang ada rasa bosan juga, kalaupun bosan ya berhenti dulu lesnya kemudian lanjut lagi setelah mood nya membaik. Banyak les tambahan bukan berarti menyita waktunya bermain. Kami sebagai orang tua tetap menjaga keseimbangan antara kegiatan anak, waktu bermain dan waktu beribadah, sehingga anakpun juga merasa enjoy. Diantara les-les tersebut yang paling disenangi adalah les vocal. Dan saya memasukkannya ke seorang guru les vocal, kemudian pada saat SD saya masukkan ke Purwacaraka hingga SMP. Memang menyanyi adalah bakat dan hobinya.

Sejak TK anak sulung saya sering mengikuti berbagai perlombaan. Dari mulai lomba mengaji, menyanyi, mewarnai, komputer, kadang-kadang lomba modelling juga. Dan sudah banyak kemenangan dan piala maupun hadiah yang diperoleh dari lomba-lomba tersebut. Hobi yang paling ditekuni adalah menyanyi, hingga bisa memperoleh penghasilan. Tetapi saat ini karena kesibukan bekerja dan melanjutkan kuliah (S2), kegiatan menyanyi si sulung berhenti sementara.

Dari karakter, anak sulung saya cenderung tegas, punya prinsip dan mandiri. Kemandiriannya mungkin juga dipengaruhi karena pada saat dia bayi, saya masih bekerja sehingga pengasuhan dibantu seorang baby sitter dan ibu saya. Si sulung termasuk anak yang rajin dan tekun belajar, kecerdasannya pun termasuk bagus dan di atas rata-rata. Alhamdulillah, kami sebagai orang tua hanya bisa mendorong cita-cita anak kami, mendoakan dan mensupportnya. Mengingatkan agar tidak lupa beribadah dan selalu ingat pada Allah SWT.


Bersama anak sulung
foto-bersama-anak-sulungku
(Gambar: koleksi pribadi)

 

SI BUNGSU YANG PENDIAM

Enam tahun kemudian lahirlah anak kami si bungsu. Seorang bayi laki-laki yang walaupun berat lahirnya hanya 2,8 kg namun bayi saya termasuk sehat. Berbeda dengan kakaknya yang sempat saya tinggal bekerja selama 1,5 tahun umurnya. Dari lahir hingga kini, si bungsu ini tak pernah saya tinggal dan pengasuhan full ada di tangan saya. Istilah Jawanya “ketunggon.” Sifat dan karakternya sangat berbeda dengan kakaknya,. Bungsu cenderung agak manja dan kurang mandiri. Mungkin karena anak bungsu, perlakuan kami padanya jadi sedikit berbeda. Ternyata hal ini berpengaruh kurang baik pada karakternya yang cenderung kurang mandiri.

Hingga saat ini anak bungsu saya sudah kuliah semester 5 di Undip. Dan menurut saya, sifatnya cenderung lebih pendiam dibanding kakaknya. Tetapi dari segi prestasi belajar, malah lebih baik daripada kakaknya. Padahal jarang sekali saya melihat dia belajar dengan tekun dan serius, paling-paling hanya baca-baca sekilas mata kuliahnya.

Sejak SMP kami merasa khawatir dengan prestasinya, disebabkan kurang tekun belajar. Tetapi saat kelulusan SMP, bahkan saya pun tidak menduga kalau anak saya lulus dengan nilai di atas rata-rata dan masuk 10 besar. Bagi saya ini adalah prestasinya yang sangat membanggakan, mengingat saya sempat khawatir karena tak pernah melihatnya belajar dengan baik.

Lulus dari SMP berhasil masuk ke SMA favorit melalui jalur prestasi. Ya, karena rumah kami tidak bisa terjangkau bila mendaftar sekolah dengan jalur zonasi. Seorang guru menyarankan agar si bungsu mendaftar lewat jalur prestasi. Dan Alhamdulillah dia diterima di sebuah SMA negeri favorit di kota Semarang (yang tak jauh dari rumah).

Seperti anak-anak yang lain, sayapun memasukkannya ke sebuah bimbingan belajar 6 bulan sebelum kelulusan. Di bimbel ini, dia mulai agak rajin membuka buku pelajaran. Dan nilai kelulusan SMA pun juga memuaskan. Cita-citanya ingin mendaftar di Undip jurusan Sastra Inggris, sayapun mensupportnya. Sesuai dengan keinginanya, dia diterima di Fakultas Ilmu Budaya jurusan Sastra Inggris melalui jalur SBMPTN. Padahal awalnya saya sempat ragu dengan kemampuannya. Tapi Allah SWT berkehendak lain, anak saya berhasil lolos test sesuai dengan jurusan yang diinginkan dan yang paling penting adalah melalui jalur tes (SBMPTN). Maksud saya disini bukan jalur mandiri, karena tentu saja bila lolos lewat jalur mandiri, biayanya sangat mahal (SPI/uang gedung).

Dalam mengemukakan pendapat pun karakternya berbeda dengan kakaknya, lebih slow dan kurang berani kalau menurut saya sih. Karena dia cenderung agak tertutup dan pemalu. Tetapi saat ini saya berusaha agar dia lebih mandiri, lebih aktif dan lebih terbuka terutama dalam mengemukakan pendapat dan prisnipnya. Perlahan-lahan kami sebagai orang tua beusaha agar dia lebih mandiri dan percaya diri. Alhamdulillah, sejak kuliah sudah terlihat perbedaan sikap dan karakternya. Dia lebih mandiri, lebih percaya diri dan prestasinya cenderung meningkat.


Bersama si bungsu
foto-bersama-si-bungsu
(Gambar: koleksi pribadi)

 
Nah, itu tadi cerita tentang perbedaan karakter 2 orang anak saya. Walaupun dilahirkan dari rahim yang sama, tiap anak punya karakter berbeda. Tiap anak punya keunikan dan keistimewaan masing-masing. Sebagai orang tua hanya bisa mendoakan, mensupport dan memfasilitasi apa yang menjadi keinginan dan cita-cita mereka. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi mereka, memberikan kesehatan dan semoga anak-anak saya menjadi orang beruntung dunia akherat. Aamiin.

1 komentar

  1. bungsu kadang yang paling rewel tapi ternyata ini jadi yang pendiam ya, karakter anak memang unik :D

    BalasHapus