IDENTITAS BUKU
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Sabak Grip Nusantara Jakarta
Tebal buku: 346 halaman
Tokoh utama: Kak Laisa, mamak Lainuri, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, Yashinta
Tokoh pendamping: Cie Hue, Wulan, Jasmine, Intan, Juwita, Delima.
novel-dia-adalah-kakakku (Gambar: koleksi pribadi) |
SINOPSIS
Di Lembah Lahambay yang terletak di kaki Gunung Kendeng hidup keluarga mamak Lainuri, dengan 5 orang anak, Laisa, Dalimunte, Ikanuri, Wibisana dan si bungsu Yashinta. Mereka adalah anak yatim yang ditinggal Babak sejak masih kecil, bahkan si bungsu Yashinta masih dalam kandungan.Sejak kecil, Laisa dan adik-adiknya hidup dalam kekurangan. Mereka hidup dari bertanam ubi dan jagung di lembah Lahambay. Hingga suatu hari Babak ditemukan meninggal karena diterkam sang siluman hutan ( sebutan untuk harimau di hutan gunung Kendeng). Sejak babak meninggal, mamak harus menghidupi 4 orang anak dan saat itu Yashinta masih dalam kandungan.
Umur Laisa saat itu masih remaja. Namun Laisa berpikiran sangat dewasa. Laisa rela putus sekolah sejak kelas 4 SD demi adik-adiknya. Biarlah dia yang berhenti sekolah dan membantu mamak bekerja keras, asalkan adik-adiknya bisa melanjutkan sekolah. Dari mulai subuh hingga menjelang maghrib, Laisa membantu mamak Lainuri bekerja keras di ladang. Saat itu yang ada dalam pikirannya hanya bekerja keras. Karena itulah Laisa selalu menasihati adik-adiknya untuk selalu bekerja keras, karena suatu saat mereka harus ke luar dari lembah ini menuju dunia yang lain untuk meraih kesuksesan.
Lembah ini terletak di kaki gunung Kendeng dengan hawa dingin pegunungan. Saat itu ada beberapa mahasiswa KKN di daerah tersebut yang menyarankan untuk menanam stroberi, menggantikan tanaman jagung. Penduduk masih ragu mencoba, namun tak demikian dengan Laisa. Dengan penuh keyakinan, setengah dari lahan mereka ditanami stroberi walaupun akhirnya gagal panen dan merugi. Akan tetapi Laisa tak putus asa, dengan belajar dari kesalahan yang lalu akhirnya Laisa berhasil menjadikan lembah Lahambay menjadi penghasil stroberi. Demikian juga penduduk mulai menanami lahan mereka dengan stroberi.
Kehidupan mamak Lainuri semakin maju, usahanya berkembang dengan dibangunnya pabrik pengalengan buah stroberi. Rumah panggung mereka direnovasi menjadi lebih modern. Dalimunte, Ikanuri, Wibisana dan Yashinta pun bisa menikmati kuliah dan bahkan mendapat beasiswa. Semua ini karena kerja keras kak Laisa dan mamak Lainuri.
Mereka menjadi orang-orang sukses. Dalimunte menjadi seorang profesor dan peneliti. Sejak kecil memang Dalimunte suka membuat dan menciptakan alat-alat apapun itu. Sampai suatu saat Dalimunte berhasil merakit kincir angin yang bisa menggerakkan turbin untuk mengairi lahan pertanian penduduk. Saat itu usianya baru 12 tahun. Kini 3Dalimunte telah menikah dengan seorang wanita keturunan Cie Hue dan dikaruniai seorang anak bernama Intan.
Ikanuri dan Wibisana telah menjadi pengusaha bengkel modifikasi mobil balap di kota provinsi, mereka diberi modal oleh kak Laisa. Sejak kecil hanya mereka berdua inilah yang sering membantah nasihat kak Laisa. Bahkan mereka mengatakan bahwa kak Laisa bukan kakak mereka. Memang fisik Laisa berbeda dengan adik-adiknya, Laisa bertubuh pendek, kulit hitam, hidung pesek dan rambut gimbal, sangat beda dengan adik-adiknya. Namun Laisa tak peduli dengan ejekan kedua bioah nakal itu, dia tetap menyayangi mereka.
Suatu hari Laisa berhasil menyelamatkan kedua anak tersebut dari terkaman 3 ekor harimau di tengah hutan. Kejadian ini bermula saat kedua bocah marah terhadap Laisa dan mereka pergi meninggalkan lembah tanpa pamit, hingga tersesat di hutan.
Sejak mereka selamat dari terkaman sang siluman (sebutan untuk harimau), sejak saat itulah keduanya mulai patuh pada kak Laisa. Kini masing-masing sudah punya seorang istri dan seorang anak, dengan usaha yang makin maju dan berkembang.
Yashinta menjadi ahli konservasi lingkungan. Dia mendapat beasiswa dari sebuah univerditas di London. Dan saat ini bekerja pada sebuah lembaga penelitian. Hingga usia 34 tahun saat ini, Yashinta belum menikah. Karena tidak mau melangkahi kak Laisa. Dulu Dalimunte,Ikanuri dan Wibisana juga menunggu kak Laisa. Mereka tidak mau melangkahi kak Laisa. Namun Laisa berhasil meyakinkan mereka bahwa tidak usah menunggunya.
Saat ini Laisa sedang sakit keras dan kritis. Laisa menderita kanker paru-paru stadium 4. Selama ini Laisa merahasiakan penyakit tersebut pada adik-adiknya. Bahkan saat kepulangan mereka tiap 2 bulan sekali, Laisa berusaha terlihat baik-baik saja.
Mamak Lainuri mengabarkan kondisi Laisa sedang sakit keras melalui sms, dan meminta mereka secepatnya untuk pulang. Profesor Dalimunte yang sedang menjadi pembicara sebuah seminar, bergegas mengakhirinya dan mencari tiket untuk pulang ke lembah. Ikanuri dan Wibisana saat itu sedang ada di Roma. Mereka sedang menyelesaikan tender pembuatan sasis salah satu mobil balap tersohor produksi Italia. Saat mendapat kabar dari mamak Lainuri, saat itu juga mereka membatalkan pertemuan bisnis itu dan harus pulang saat itu juga.
Bagaimana dengan Yashinta? Yashinta datang agak terlambat, setelah mendapat kecelakaan ketika sedang konservasi di gunung Semeru.
Singkat cerita setelah semua pulang ke lembah Lahambay, Laisa mengatakan permintaan terakhirnya yaitu ingin agar Yashinta menikah saat itu juga, dengan orang yang selama ini dicintainya. Laisa wafat dengan tenang di hadapan mamak dan aduk-adiknya.
KESAN MEMBACA BUKU INI
Novel karya Tere Liye memang selalu best seller dan ceritanya menarik. Novel ini menceritakan perjuangan dan pengorbanan seorang kakak demi adik-adiknya. Apapun akan dilakukannya agar adik-adiknya bisa terus sekolah dan sukses.Laisa seorang kakak yang sabar, menyayangi adik-adiknya dan rela berjuang, bekerja keras demi mereka.Tak memedulikan apapun kata orang, yang mengatakannya gadis tua. Laisa rela tidak sekolah, dan rela tidak menikah demi adik-adiknya. Rasa sayangnya terhadap adik-adiknya melebihi apapun hingga rela berkorban.
"Buat apa kamu memikirkan apa yang dipikirkan orang lain? Buat apa kamu mencemaskan apa yang akan dinilai orang lain? Kekhawatiran, juga kecemasan yang sejatinya mungkin tidak pernah ada. Jangan menghukum diri-sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan orang lain. Karena kita tidak menjalani kehidupan orang lain, dan orang lain tidak menjalani kehidupan kita."
cover-belakang-novel-dia-adalah-kakakku (Gambar: koleksi pribadi) |
Itu adalah kata-kata Laisa yang selalu dikatakannya pada adik-adiknya.
Demikianlah review saya tentang novel Dia Adalah Kakakku karya Tere Liye. Semoga bermanfaat.
novel karya Tere Liye belum pernah baca sama sekali, tiap membaca review dari temen temen, semua novel karya Tere Liye bener-bener bagus, emosi pembaca juga terbawa.
BalasHapusReview novel dia adalah kakakku bagus juga ya, seorang kaka yang rela putus sekolah demi adik-adiknya, ini relate banget sama berita yang sering wara wiri di televisi ataupun viral di tiktok seorang kaka yang rela putus sekolah dan bekerja demi pendidikan adiknya
Salut untuk kerajinannya membaca dan membuat review. Di zaman ini kayaknya makin berkurang deh yang mau baca dan review. Nambah wawasan 🙏
BalasHapusSuka banget dengan kalimat Laisa di buku ini "Karena kita tidak menjalani kehidupan orang lain, dan orang lain tidak menjalani kehidupan kita."
BalasHapusTere Liye memang "sesuatu"...
Saya penggemar Tere Liye, suka sekali dengan karya-karyanya. Dalam novel yang dibuatnya selalu saja ada kata-kata bijak yang begitu menghentak bahkan tak jarang kata-kata tersebut menjadi motivasi buat saya.
BalasHapusBuku ini sangat cocok dibaca oleh generasi sandwich, yang terpaksa menjadi tulang punggung keluarga sejak dini. Bahwa seperti apapun kondisinya, akan ada buah manis yang akan dicapai, jika kita sabar dan ikhlas. Kak Laisa dalam cerita ini, benar-benar bisa jadi contoh yang sempurna
BalasHapusSemangat Laisa semoga menjadi amunisi energi bagi para Kakak. Untuk adik, semoga mereka bisa lebih menghargai perjuangan Kakak. Miris jika melihat pemberitaan tentang pertikaian antara saudara.
BalasHapus