Akhir-akhir ini banyak dijumpai kasus pada mahasiswa yang terjerat hutang dan bahkan berakhir tragis (bunuh diri) karena dikejar-kejar debt collector, atau mungkin stress karena tak bisa bayar hutang. Seperti kita ketahui, adanya kemajuan teknologi banyak memberi kemudahan bagi masyarakat terutama generasi milenial (remaja dan mahasiswa).
Dilansir dari kemenkeu.go.id yang mengatakan bahwa generasi milenial merupakan generasi yang payah dalam mengelola keuangan. Mereka lebih boros, sulit menabung dan tidak mempedulikan kebutuhan investasi jangka panjang.
Sifat konsumtif dan bergaya hidup mewah pada generasi milenial ini, juga ditunjang dengan kemudahan-kemudahan fitur maupun aplikasi yang ada di handphone dan mudah diunduh. Aplikasi online tersebut sangat mudah diakses, yaitu dengan adanya online shop (e-commerce) dan aplikasi paylater, yang semakin menambah sifat konsumtif pada generasi milenial. Tak terkecuali banyak iming-iming diskon dari berbagai e-commerce, misalnya buy 1 get 1, diskon 50% hanya berlaku hari ini, dan masih banyak lagi bahasa marketing ala online shop untuk menarik pembeli.
Dengan aplikasi paylater ini kita bisa membeli barang dengan cara mencicil (berhutang) dan dibayar pada akhir bulan berikutnya. Ya, memang sekarang ini semua serba praktis. Banyak aplikasi e-commerce yang diunduh dari handphone. Belanja apapun tinggal pilih dan klik, barang langsung dikirim. Sistem pembayaran pun juga bisa dipilih, dengan transfer, COD atau paylater.
Sebenarnya literasi keuangan bisa diterapkan sejak anak berusia dini, bahkan dari TK maupun SD. Saya selalu membiasakan anak-anak (sejak kecil), bila menginginkan sesuatu dengan harga yang agak mahal, mereka harus menabung lebih dahulu. Jadi kami sebagai orang tua tidak membiasakan sak ndang sak nyat (kata orang Jawa), yang artinya saat itu juga semua permintaan harus dituruti.
Nah, setelah anak-anak SMP mereka mulai mendapat jatah bulanan, tidak banyak sih paling hanya Rp 250.000 sampai Rp 300.000 tiap bulan. Jumlah itu akan bertambah sesuai dengan jenjang pendidikan mereka, walaupun kenaikannya tidak banyak. Uang itu sebagian ditabung di bank setiap bulannya. Untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan sekolah tentunya masih menjadi kewajiban kami sebagai orang tuanya. Mereka juga dibiasakan untuk selalu mencatat pengeluaran sesuai kebutuhan mereka.
Manfaat literasi keuangan yang ditanamkan sejak dini, akan terasa setelah mereka dewasa. Mereka bisa lebih berhemat, lebih menghargai arti uang dan lebih rajin menabung (untuk si sulung yang sudah bekerja), dan bisa mengelola keuangan pribadinya. Dan yang lebih membanggakan, si sulung sudah bisa memenuhi beberapa kebutuhannya sendiri, bahkan kadang-kadang mentraktir ayah, ibu dan adiknya.
1. Dengan mengetahui literasi keuangan, menjadi lebih bijak dalam mengelola keuangan dan tidak boros (mengatur pengeluaran).
2. Dapat memilah-milah antara kebutuhan dan keinginan. Bedakan juga antara kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.
3. Dengan literasi keuangan akan membentuk pola pikir dalam pengambilan keputusan tentang keuangan, agar lebih berhati-hati.
4. Lebih bertanggung jawab mengelola keuangan.
5. Mampu mengontrol keuangan.
6. Mempunyai tabungan yang terencana.
2. Selalu mengecek jumlah rekening di bank secara berkala. Dengan selalu mengecek rekening di bank, agar lebih bijak menggunakan tabungan untuk hal-hal yang benar-benar mendesak.
3. Hindari berhutang bila tidak benar-benar membutuhkan. Hindari juga hutang konsumtif dan paylater (misal untuk membeli barang-barang yang sifatnya hanya keinginan dan bukan kebutuhan). Karena bila hutang menggunakan paylater, berarti pendapatan tiap bulan akan dipotong untuk bayar tagihan tersebut.
4. Mencari penghasilan tambahan.
5. Belajar pengetahuan tentang literasi keuangan dari buku, artikel, seminar maupun kursus online.
6. Bila sudah mampu, sebaiknya memiliki dana darurat untuk keperluan yang mendesak.
7. Memanfaatkan diskon dan promo saat belanja kebutuhan bulanan, sehingga lebih hemat.
Demikianlah ulasan saya tentang literasi keuangn bagi generasi milenial. Semoga bermanfaat bagi pembaca.
Nah, setelah anak-anak SMP mereka mulai mendapat jatah bulanan, tidak banyak sih paling hanya Rp 250.000 sampai Rp 300.000 tiap bulan. Jumlah itu akan bertambah sesuai dengan jenjang pendidikan mereka, walaupun kenaikannya tidak banyak. Uang itu sebagian ditabung di bank setiap bulannya. Untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan sekolah tentunya masih menjadi kewajiban kami sebagai orang tuanya. Mereka juga dibiasakan untuk selalu mencatat pengeluaran sesuai kebutuhan mereka.
Manfaat literasi keuangan yang ditanamkan sejak dini, akan terasa setelah mereka dewasa. Mereka bisa lebih berhemat, lebih menghargai arti uang dan lebih rajin menabung (untuk si sulung yang sudah bekerja), dan bisa mengelola keuangan pribadinya. Dan yang lebih membanggakan, si sulung sudah bisa memenuhi beberapa kebutuhannya sendiri, bahkan kadang-kadang mentraktir ayah, ibu dan adiknya.
PENGERTIAN LITERASI KEUANGAN
Menurut kumparan.com, Literasi Keuangan adalah pengetahuan tentang keuangan yang berpengaruh pada kemampuan, ketrampilan dan bagaimana sikap pengelolaan keuangan.Literasi Keuangan adalah pengetahuan, keterampilan dan keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan untuk mencapai kesejahteraan keuangan masyarakat (dilansir dari ojk.go.id).
MANFAAT LITERASI KEUANGAN BAGI GENERASI MILENIAL
Apa manfaat literasi keuangan bagi generasi milenial?1. Dengan mengetahui literasi keuangan, menjadi lebih bijak dalam mengelola keuangan dan tidak boros (mengatur pengeluaran).
2. Dapat memilah-milah antara kebutuhan dan keinginan. Bedakan juga antara kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.
3. Dengan literasi keuangan akan membentuk pola pikir dalam pengambilan keputusan tentang keuangan, agar lebih berhati-hati.
4. Lebih bertanggung jawab mengelola keuangan.
5. Mampu mengontrol keuangan.
6. Mempunyai tabungan yang terencana.
CARA MENGELOLA KEUANGAN PADA GENERASI MILENIAL
1. Membuat anggaran bulanan setelah menerima pemasukan. Perbandingan anggaran tersebut adalah 50:30:20. Rinciannya adalah 50 untuk kebutuhan sehari-hari, 30 untuk menabung, dan 20 untuk kebutuhan konsumtif (misalnya hiburan).2. Selalu mengecek jumlah rekening di bank secara berkala. Dengan selalu mengecek rekening di bank, agar lebih bijak menggunakan tabungan untuk hal-hal yang benar-benar mendesak.
3. Hindari berhutang bila tidak benar-benar membutuhkan. Hindari juga hutang konsumtif dan paylater (misal untuk membeli barang-barang yang sifatnya hanya keinginan dan bukan kebutuhan). Karena bila hutang menggunakan paylater, berarti pendapatan tiap bulan akan dipotong untuk bayar tagihan tersebut.
4. Mencari penghasilan tambahan.
5. Belajar pengetahuan tentang literasi keuangan dari buku, artikel, seminar maupun kursus online.
6. Bila sudah mampu, sebaiknya memiliki dana darurat untuk keperluan yang mendesak.
7. Memanfaatkan diskon dan promo saat belanja kebutuhan bulanan, sehingga lebih hemat.
Demikianlah ulasan saya tentang literasi keuangn bagi generasi milenial. Semoga bermanfaat bagi pembaca.
Referensi:
https://m.kumparan.com/berita-terkini/manfaat-penting-literasi-keuangan-bagi-siswa-atau-peserta-didik-di-sekolah-21e1bOBvKEu/full
https://m.kumparan.com/ragam-info/memahami-manfaat-literasi-keuangan-dan-tingkatannya-20dI0JhJ49R/3
https://mamikos.com/info/contoh-literasi-keuangan-pljr/
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-banjarmasin/baca-artikel/14026/Mengatur-Keuangan-Untuk-Generasi-Milenial.html
https://library.umy.ac.id/news/detail/568/Pentingnya-Literasi-Keuangan-Bagi-Generasi-Millenial
Alhamdulillah, sedari kecil orangtua saya sudah mengajarkan mengelola uang, menabung, dan mencari penghasilan tambahan, seperti yang disampaikan di atas. Saya merasa beruntung sekali.
BalasHapusSi sulung di rumah juga dibiasakan untuk belajar mengelola keuangan dari kecil. Dia punya kotak tabungan semenjak TK dan alhamdulillah menjadi kebiasaan yang positif sampai sekarang
BalasHapusmasya Allah anak-anak sudah diajari cara mengelola keuangan sendiri ya Bu. kalau diingat saya dulu waktu sekolah juga sering diberikan ibu saya jatah mingguan. Ini yang paling membuat saya senang. jadi bisa mengatur sendiri keuangan pribadi.
BalasHapusMenggunakan catatan kecil dan mencatat setiap pengeluaran yang ada, terpelihara sampai sekarang. Ya itu adalah salah satu implementasi penerapan literasi keuangan pada kami saat itu.
Subhaaanallaah ya musibah finansial jaman sekarang, dari anak muda sampai keluarga kena semua akibat kemudahan bertransaksi. Fintech banyak banget iming-imingannya banyak banget. Memang anak muda harus sedari dini melek finansial. Harusnya di sekolah jadi kurikulum. Memang kata para orang atas,rakyat sengaja dibiarkan ga pinter kelola uang. Jadi pendidikan formal ga akomadasi skill ini
BalasHapusBenar penting banget literasi keuangan bagi kalangan milenial biar bisa kontrol pengeluaran dengan baik
BalasHapusBener banget mba anak sekarang tuh lebih banyak konsumtifnya karena untuk mendapatkannya jauh lebih mudah daripada zaman kita dulu. Udah gitu iklan pinjaman online tuh anehnya selalu ada dimana-mana sangat meresahkan 😂
BalasHapusAlhamdulillah sudah ada diberi pemahaman tentang literasi keuangan ya agar lebih bijak menggunakan uangnya.
Literasi keuangan sangat penting karena kalau baca di medsos banyak generasi muda terjebak gagalnya penataan keuangan ya
BalasHapusZaman sekarang banyak sekali orang yang terjerat paylater dan pinjol, saking mudahnya proses pengajuan pinjaman. Itulah pentingnya memiliki literasi keuangan, ya, Bu, dan itu bisa dibiasakan dati kecil.
BalasHapusPenting banget sih literasi keuangan ini, karena tanpa kemampuan mengelola keuangan, mau pegang duit berapapun gak akan ada sisa.
BalasHapusketika ngomongin literasi umumnya bukan sekadar baca ja ya mbak tpai bagaimana bisa mengelola keuangan itu poinnya
BalasHapusBener banget, dengan membiasakan diri untuk mengelola keuangan dari dini, ke depannya pasti akan membuat kita akan terbiasa dan dapat mengontrol pengeluaran yang tidak menjadi prioritas
BalasHapussaya termasuk generasi millenial yang boros hehe tapi suami termasuk generasi millenial yg pintar mengelola keuangan..jadi memang literasinya harus dari keluarga dan lingkungan ya dan terbiasa sejak dini
BalasHapuspenting banget sih literasi keuangan ini buat bekal anak-anak tidak hanya untuk saat ini tapi juga untuk bekalnya nanti, supaya terbiasa mengatur keuangan
BalasHapus