“Di-PHK ya?! Sudah nggak kerja lagi dong.”
“Minta duit dari suami terus ya?”
“Sayang banget kan ijazah sarjana ngga kepakai, cuma di rumah momong anak, jadi ibu rumah tangga kayak pembantu aja!”
Setiap hari saya harus mendengarkan nada sinis dari tetangga dan beberapa teman. Jangan ditanya bagaimana perasaan saya waktu itu. Sedih, kesal hingga merasa tidak berguna karena seolah pengangguran yang jadi beban suami.
DI PHK DARI BANK SWASTA
Tahun 1991 setelah lulus kuliah, saya diterima bekerja di sebuah bank swasta di kota kelahiran saya. Saat itu banyak bertumbuhan bank-bank swasta di Indonesia. Saya mulai berkarir di bagian pembukuan dan sudah beberapa kali dipindahkan ke bagian-bagian lain juga agar lebih berpengalaman. Saat itu saya sangat menikmati pekerjaan saya di bidang perbankan. Walaupun saya adalah lulusan sarjana pertanian, tetapi saya bisa belajar hal baru di bidang perbankan. Saya memacu diri dan berusaha bekerja sebaik-baiknya, tentunya juga bekerja dengan penuh kehati-hatian.Pada tahun ke-6 saya bekerja di bank tersebut, saya memutuskan untuk menikah pada tahun 1997. Setahun kemudian lahirlah bayi cantik anak pertama saya pada bulan Januari tahun 1998. Seperti karyawan wanita pada umumnya, saya mendapat cuti melahirkan selama 3 bulan. Setelah masa cuti saya berakhir, saya pun masuk kerja kembali. Alhamdulillah bayi saya dirawat seorang perawat bayi yang cekatan dan pintar, namun tentu saja dengan pengawasan ibu saya di rumah.
Bulan Mei tahun 1998 bank tempat saya bekerja dilikuidasi karena adanya peristiwa penggulingan Orde Baru. Saya ingat sekali saat itu bulan Agustus 1998, pemerintah menyatakan menutup bank-bank swasta yang berjamuran di Indonesia.
Bagaimana perasaan saya saat itu? Wah, jangan ditanya bagaimana rasanya hati saya mendengar berita likwidasi bank-bank swasta. Tentu saja rasa khawatir, ketakutan dan sedih pasti ada. Khawatir bagaimana nanti saya bisa mencukupi kebutuhan anak saya yang masih balita. Bagaimana membeli susu dan kebutuhan lain untuk anak saya. Dengan kata lain perasaan saya berkecamuk tak karuan rasanya. Ya memang saat itu suami masih bekerja, tetapi gajinya belum seberapa bila dibanding kami berdua yang bekerja. Tetapi semuanya kami pasrahkan pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena rezeki sudah ada yang mengatur.
MENDAPAT KALIMAT JULID DAN CARA MENGATASINYA
Hari-hari pertama setelah tidak bekerja, rasanya ada yang kurang dan mulai timbul rasa bosan karena di rumah tidak ada kegiatan. Ya, walaupun di rumah sebenarnya banyak yang bisa dikerjakan sebagai ibu rumah tangga. Namun jenis pekerjaan yang rutin, menimbulkan rasa bosan pada saya yang sudah terbiasa di kantor dari pagi sampai sore. Saat itu pun anak saya juga masih butuh perhatian dan kasih sayang, maklum umurnya baru 1,5 tahun waktu itu. Jadi sebenarnya ada hikmahnya juga saya di PHK. Saya jadi lebih dekat dengan anak saya dan bisa merawat dengan perhatian sepenuhnya. Dibandingkan saat kerja, saya baru bisa bertemu anak saya setelah jam 19.00 malam pulang kantor.Sebenarnya yang menjadikan perasaan saya tidak nyaman adalah sindiran-sindiran dan pertanyaan dari tetangga serta teman-teman dekat saya. Mengapa saya tidak mencari kerja lagi, dan masih banyak pertanyaan yang dilontarkan dengan julid dan sinis. Bagaimana perasaan saya? Tentu saja saya merasa tidak nyaman, sakit hati dan berbagai perasaan tidak enak yang mendera hati saya saat itu.
Namun saya berusaha untuk menahan hati dan menahan diri agar tidak emosi. Saya berusaha mengatasinya dengan menata hati saya, berusaha sabar dan menjawab pertanyaan mereka apa adanya. Saya akan membuktikan pada orang-orang tersebut, walaupun saya tidak bekerja tetapi saya harus menjadi wanita yang berdaya, untuk keluarga dan ke depannya untuk lingkungan. Itu adalah tekad saya waktu itu.
Sejak saat itu saya berusaha mencari kegiatan positif yang bermanfaat. Karena saya ingin membuktikan pada mereka, bahwa ibu rumah tangga pun bisa berdaya bagi lingkungan dan masyarakat.
Saya bergabung dengan beberapa komunitas. Di komunitas-komunitas itulah saya bisa belajar dan menambah ilmu. Mengikuti kelompok pengajian, ikut kelompok yang bergerak di bidang lingkungan, mengikuti kursus-kursus keterampilan yang sesuai dengan hobby saya, dan mengikuti beberapa organisasi, bahkan ikut klub olahraga senam dan yoga agar badan selalu fit. Selain itu saya juga mulai berusaha mencari tambahan penghasilan, dengan mulai berdagang.
Karena waktu itu belum ada sosial media, maka saya melakukan berdagang dengan cara off line. Caranya bagaimana? Dengan menawarkan ke relasi atau membawa dagangan saya ke tempat-tempat kajian yang saya hadiri, atau ke komunitas dimana saya ikut bergabung di dalamnya. Beberapa dagangan yang pernah saya jual adalah jilbab, pakaian, bahkan makanan kecil juga sembako. Selain itu juga mengikuti event-event untuk membuka tenant di sana.
Dari kegiatan-kegiatan yang saya ikuti tersebut, saya banyak mendapat relasi dan teman-teman. Bahkan ada beberapa kantor yang seringkali memesan dagangan saya di saat hari lebaran. Mereka memesan parsel Idul Fitri beserta kue-kue keringnya. Namun ada juga yang meminta dibuatkan parsel berupa perlengkapan rumah tangga ataupun barang-barang elektronik. Bersyukur sekali saya pada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberi rezeki di saat saya tidak bekerja lagi. Memang rezeki itu sudah ada yang mengatur, asalkan kita mau berusaha dan berdoa.
Di kelompok kajian yang saya ikuti, banyak sekali manfaat yang bisa diambil. Di sini saya banyak belajar tentang agama, yang ternyata banyak sekali yang belum saya ketahui dan pahami. Baik itu tentang hal-hal kecil atau kajian yang sangat mendalam sekalipun. Saya juga mulai kembali belajar membaca Al Qur’an dengan benar dan sesuai tajwid. Hal ini tidak pernah saya lakukan dengan maksimal, selama saya menjadi karyawan bank. Saya baru menyadari, bahwa ada hikmah di balik semua kejadian ini. Bila saat itu saya masih bekerja di bank, tentu saya tidak punya waktu untuk ikut kajian maupun belajar membaca Al Qur’an. Hubungan pertemanan saya di antara ibu-ibu pengajian juga baik dan tidak ada yang julid menanyakan pekerjaan ataupun status sosial saya. Karena tujuan kami sama-sama belajar ilmu agama tanpa ada perasaan apapun satu sama lain.
Begitupun dengan kegiatan di klub olahraga yang saya ikuti. Berbaur dengan sesama ibu-ibu yang punya tujuan sama yaitu menyehatkan badan. Semakin lama kegiatan olah raga ini bikin nagih kalau orang bilang. Bila seminggu tidak datang ke klub olahraga ini, badan rasanya pegal-pegal dan tidak nyaman.
Kadang-kadang bila ada kesempatan, saya juga mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan ketrampilan yang sesuai hobby saya. Beberapa yang sudah pernah saya ikuti adalah pelatihan membuat decoupage, yang hasilnya juga sudah pernah saya jual ke beberapa teman, pelatihan sulam pita, pelatihan berkebun. Berkebun sampai saat ini adalah memang hobby saya sejak kuliah, sesuai dengan kuliah saya di bidang pertanian.
Komunitas yang bergerak di bidang lingkungan adalah membuat bahan-bahan daur ulang yang tidak mencemari bumi. Saat ini yang sedang digaungkan adalah membuat eco enzyme dari bahan-bahan organik, yaitu sisa kulit buah dan sayuran. Eco Enzyme ini banyak sekali manfaatnya, yang dapat menggantikan kebutuhan rumah tangga yang berbahan kimia, juga menyelamatkan bumi dari polusi Carbon. Tugas saya disini adalah mensosialisasikan pada masyarakat tentang manfaat eco enzyme. Sosialisasi ini juga dapat dilakukan di kelompok-kelompok PKK tempat saya bergabung dan menjadi pengurusnya.
PESAN UNTUK PARA WANITA
Wanita memang ditakdirkan lebih pandai berbicara dibanding pria. Tetapi untuk berbicara pun harus ada alasan atau pemikiran yang mendasarinya, jadi tidak asal berbicara saja. Saat ini yang dibutuhkan adalah wanita berdaya, tak hanya wanita bekerja tetapi ibu rumah tangga sekalipun. Wanita harus bisa menunjukkan karya nyata yang bermanfaat bagi keluarga, lingkungan atau bagi masyarakat. Disebut wanita modern bila mempunyai cara berpikir yang maju, mempunyai pandangan-pandangan positif untuk kemajuan lingkungan. Bahkan di era digital ini, wanita harus melek digital dan berusaha tidak gaptek. Jadi sebagai wanita modern tidak hanya dilihat dari penampilan dan cara berpakaian, akan tetapi dari cara berpikirnya yang bisa mengikuti kemajuan zaman.Untuk bisa menjalani hal-hal tersebut di atas, salah satunya adalah tidak boleh julid terhadap wanita lain.
Bagaimana agar kita bisa berperan sebagai wanita berdaya dan tidak julid terhadap wanita lain? Di bawah ini adalah tips-tips ala saya:
1. Cari kegiatan positif yang bermanfaat dan menjadikan wanita berdaya.
2. Kita tidak boleh mencampuri urusan orang lain (sesama wanita). Sebaiknya hindari rasa ingin tahu tentang urusan orang lain.
3. Bergabung dengan komunitas yang mempunyai hobby sama dengan tujuan yang sama.
4. Menghindari teman-teman yang suka berghibah atau membicarakan orang lain.
5. Saling mendukung sesama wanita dan saling support untuk kemajuan bersama.
6. Membuat acara kegiatan sosial bersama teman-teman wanita yang tergabung dalam suatu organisasi sosial, misalnya baksos, seminar kesehatan, seminar parenting, pengajian akbar dan yang lainnya.
7. Mengadakan pelatihan ketrampilan yang bisa meningkatkan ekonomi keluarga dan menambah penghasilan.
8. Hal yang paling utama adalah mendahulukan kepentingan keluarga, memberikan kasih sayang dan pendidikan terbaik kepada anak (pendidikan agama dan pendidikan formal). Bila kita fokus mengurus keluarga, maka akan menghindarkan sikap julid dan rasa keingintahuan terhadap orang lain.
Nah bagaimana temans, setujukah dengan tips-tips saya untuk mengatasi kejulidan tetangga dan orang lain pada kita? Bila ada tambahan saran, tuliskan di kolom komentar ya. Semoga bermanfaat.
Posting Komentar