Dalem Kalitan Solo, tentu kita sudah sering mendengar tentang rumah milik orang tua keluarga Ibu Tien Soeharto ini. Ibu Tien adalah istri mantan Presidan RI KE II yaitu Bapak Soeharto, beliau juga dikenal sebagai Bapak Pembangunan Indonesia. Dalem Kalitan saat ini masih digunakan untuk bermalam oleh keluarga Bapak Soeharto (Cendana) sampai sekarang, bila singgah ke Solo untuk nyekar di makam Imogiri.
dalem-kalitan-solo (Gambar: koleksi pribadi) |
Sudah dua kali saya ke Dalem Kalitan, tapi rasanya nggak bosan untuk berkunjung ke sana lagi tiap kali saya shalat di Masjid Nurul Iman, yang letaknya di samping komplek Dalem Kalitan.
Kunjungan pertama saya bersama anak dan suami saya, sedangkan yang kedua bersama dengan keluarga besar adik-adik saya, saat lebaran 2023 setelah sebelumnya kami mengujungi obyek wisata The Heritage Solo (artikel ada di postingan lain). Saat inipun Dalem Kalitan dijadikan obyek wisata untuk mengenal sejarah Bapak Soeharto dan keluarga. Banyak anak-anak sekolah maupun rombongan wisatawan yang berkunjung ke Dalem Kalitan setelah sebelumnya juga shalat di Masjid Nurul Iman.
SEJARAH MASJID NURUL IMAN
Masjid ini didirikan atas keinginan Bapak H.M. Soeharto. Beliau menginginkan adanya masjid di seputar komplek kediaman Dalem Kalitan. Masjid Nurul Iman dibangun di atas tanah seluas 500 meter dan merupakan wakaf Bapak H.M. Soeharto, didirikan pada tahun 1996 (atau sebulan setelah Ibu Tien wafat), dan direnovasi oleh keluarga Bapak H.M. Soeharto pada tanggal 20 Desember 2014. Kemudian diresmikan pada tanggal 24 September 2015 ( Idul Adha 10 Dzulhijah 1136 H). Sebagai pelaksana adalah Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila. Masjid Nurul Iman ini juga dikenal dengan nama Masjid Dalem Kalitan karena letaknya satu areal dengan dalem kalitan. Jadi kita bisa berwisata religi dan sejarah sekaligus di dua tempat. Masjid ini terletak di Jl Kalitan, Penumping Solo.Bangunan Masjid Kalitan merupakan perpaduan arsitektur Jawa Indonesia dan Timur Tengah. Pada awalnya hanya berupa mushala berukuran 9 x 9 meter persegi. Kemudian mengalami perluasan karena jumlah jamaah yang semakin banyak sehingga mushala tidak muat. Sejak masjid ini dipugar, jumlah wisatawan dan jamaah yang beribadah semakin banyak baik dari dalam maupun dari luar kota.
Saya pun merasakan tiap kali mampir shalat ke masjid ini, rasanya adem dan ayem dan selalu ingin balik ke sini untuk shalat. Sampai saat ini setiap kali ke Solo, keluarga kami selalu mampir shalat disini.
Kebersihannya benar-benar terjaga, baik tempat wudhu maupun toiletnya benar-benar bersih. Disediakan juga air mineral bagi jamaah yang mampir shalat disana.
Pada tahun 1960, Dalem Kalitan dibeli ole Prawironegoro yang masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Soemoharjomo (ayahnada Ibu Tien Soeharto). Ibunda Ibu Tien bernama RAY Hatmanti Hatmohoedojo yang merupakan kerabat Mangkunegaran.
Kemudian pada tahun 1968 Dalem Kalitan dibeli oleh Ibu Tien Soeharto.
Demikianlah sejarah Dalem Kalitan, yang bisa menjadi pengetahuan bagi anak dan cucu kita kelak.
Sebelum melihat-lihat bagian dalam Dalem Kalitan, pengunjung diminta lapor ke pos penjagaan. Disitu kita menulis identitas yaitu nama, alamat dan meninggalkan KTP (yang nanti akan dikembalikan setelah kunjungan wisata selesai). Tiap rombongan hanya diminta satu KTP dari penanggung jawab rombongan, tak lupa kita memberikan uang administrasi untuk pemeliharaan ( seikhlasnya). Saat itu kami sekeluarga diantar oleh Bapak Deni sebagai guide. Beliau nanti yang akan menjelaskan dan menjawab pertanyaan dari wsatawan seputar Dalem Kalitan ini.
Bangunan Dalem Kalitan merupakan sebuah bangunan klasik. Tampak di sebelah kiri dan kanan bangunan utama, terdapat beberapa bangunan dan kamar-kamar. Menurut pak Deni, bangunan-bangunan itu dulunya dipakai untuk menginap para ajudan bapak Soeharto saat masih menjabat Presiden RI. Di halaman tampak kandang burung dan ayam beserta isinya. Juga beberapa anggrek bulan yang mekar. Memang dulunya ibu Tien adalah pecinta anggrek dan pengoleksi anggrek.
Bangunan Dalem Kalitan terdiri dari 3 bagian yaitu Pendopo, ruang tengah (Pringgitan) dan ruang tidur (Senthong). Di sebelah kiri pendopo tampak satu set gamelan yang ditutup kain satin berwarna hijau. Kabarnya setiap jam 02.00 dini hari, gamelan ini berbunyi mengalunkan gending-gending Jawa tanpa ada yang menabuhnya. Para penjaga disini sudah terbiasa dengan kondisi tersebut, jadi ya mereka diam saja, sampai akhirnya bunyi-bunyi gending tersebut hilang dengan sendirinya.
Kebersihannya benar-benar terjaga, baik tempat wudhu maupun toiletnya benar-benar bersih. Disediakan juga air mineral bagi jamaah yang mampir shalat disana.
SEJARAH DALEM KALITAN SOLO
Sebelum bercerita tentang Dalem Kalitan, ada baiknya kita mengenal sejarahnya lebih dulu. Dalem Kalitan adalah peninggalan dari Sunan Paku Buwono X atau PB X, yang diberikan kepada putri sulungnya pada tahun 1874. Nama putri sulung PB X adalah Kanjeng Gusti Ratu Alit. Karena itu dikenal dengan nama "KALITAN" dari kata ALIT.Pada tahun 1960, Dalem Kalitan dibeli ole Prawironegoro yang masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Soemoharjomo (ayahnada Ibu Tien Soeharto). Ibunda Ibu Tien bernama RAY Hatmanti Hatmohoedojo yang merupakan kerabat Mangkunegaran.
Kemudian pada tahun 1968 Dalem Kalitan dibeli oleh Ibu Tien Soeharto.
Demikianlah sejarah Dalem Kalitan, yang bisa menjadi pengetahuan bagi anak dan cucu kita kelak.
BERKUNJUNG KE DALEM KALITAN
Dalem Kalitan telah ditetapkan oleh Pemkot Solo sebagai cagar budaya. Bangunan ini telah berusia kurang lebih 150 tahun, namun masih tampak terawat. Halamannya terlihat asri dan adem dengan beberapa pohon besar dan tanaman hias di dalamnya. Dengan luas tanah 1000 meter persegi (1 hektare) tampak beberapa bangunan di samping kiri dan kanan bangunan utama. Bangunan utama berupa pendopo yang cukup luas.Sebelum melihat-lihat bagian dalam Dalem Kalitan, pengunjung diminta lapor ke pos penjagaan. Disitu kita menulis identitas yaitu nama, alamat dan meninggalkan KTP (yang nanti akan dikembalikan setelah kunjungan wisata selesai). Tiap rombongan hanya diminta satu KTP dari penanggung jawab rombongan, tak lupa kita memberikan uang administrasi untuk pemeliharaan ( seikhlasnya). Saat itu kami sekeluarga diantar oleh Bapak Deni sebagai guide. Beliau nanti yang akan menjelaskan dan menjawab pertanyaan dari wsatawan seputar Dalem Kalitan ini.
Bangunan Dalem Kalitan merupakan sebuah bangunan klasik. Tampak di sebelah kiri dan kanan bangunan utama, terdapat beberapa bangunan dan kamar-kamar. Menurut pak Deni, bangunan-bangunan itu dulunya dipakai untuk menginap para ajudan bapak Soeharto saat masih menjabat Presiden RI. Di halaman tampak kandang burung dan ayam beserta isinya. Juga beberapa anggrek bulan yang mekar. Memang dulunya ibu Tien adalah pecinta anggrek dan pengoleksi anggrek.
Bangunan Dalem Kalitan terdiri dari 3 bagian yaitu Pendopo, ruang tengah (Pringgitan) dan ruang tidur (Senthong). Di sebelah kiri pendopo tampak satu set gamelan yang ditutup kain satin berwarna hijau. Kabarnya setiap jam 02.00 dini hari, gamelan ini berbunyi mengalunkan gending-gending Jawa tanpa ada yang menabuhnya. Para penjaga disini sudah terbiasa dengan kondisi tersebut, jadi ya mereka diam saja, sampai akhirnya bunyi-bunyi gending tersebut hilang dengan sendirinya.
Di bagian tengah pendopo tampak pintu utama (yang selalu tertutup), pintu ini diapit oleh foto bapak dan ibu Soeharto di sebelah kanan dan kiri. Di atas pintu terdapat gambar 2 angsa yang melambangkan tolak balak. Sementara di tengah terdapat seperangkat meja dan kursi rotan antik. Di atas nya terdapat lampu antik. Sangat artistik sekali dengan ukira-ukiran pada bangunannya.
pendopo-dengan-pintu-utama (Gambar: koleksi pribadi) |
Di sebelah kanan pendopo (sebelum pintu masuk ruang tengah) tampak dipajang foto-foto keluarga Cendana. Mulai dari saat Bapak dan Ibu Soeharto naik haji, foto-foto keluarga besar Cendana (anak, cucu, mantu) dan beberapa foto Bapak Soeharto saat masih berdinas.
Memasuki ruang tengah, terasa aura mistis dan kharismatik. Masyarakat memang hanya diperbolehkan memasuki dan melihat isi Dalem Kalitan sebatas pendopo depan dan ruang tengah saja.
Foto-foto orang tua Ibu Tien tampak menghiasi ruangan, selain itu juga terdapat foto Pak Harto dan Ibu Tien. Bapak Soeharto masih terlihat gagah dan penuh kharisma, sedangkan ibu Tien masih terlihat cantik dan anggun. Pada foto-foto itu tertulis kata-kata dan kalimat bijak yang menjadi falsafah Jawa.
foto-bapak-Soeharto-dan-ibu-Tien (Gambar: koleksi pribadi) |
foto-orangtua-ibu-Tien (Gambar: koleksi pribadi) |
Di ruangan ini banyak terdapat lemari kaca yag berisi barang-barang antik koleksi ibunda Bu Tien berupa peralatan makan dari perak, semuanya indah sekali. Ada juga plakat-plakat dan penghargaan-penghargaan milik Bapak Soeharto.
alat-makan-antik-milik-ibunda-ibu-Tien (Gambar: koleksi pribadi) |
PENUTUP
Nah, itulah temans review saya tentang rumah peninggalan almarhum Bapak Soeharto (Dalem Kalitan), yang saat ini menjadi cagar budaya dan bukti sejarah perjuangan Bapak Pembangunan Indonesia. Mari kita ajak anak cucu kita untuk belajar sejarah bangsa Indonesia dan belajar menghargai jasa para pahlawannya.
Posting Komentar