Kebun buah di Boemisora (Foto dokumentasi pribadi) |
Seperti kita ketahui saat ini di daerah Kopeng banyak destinasi wisata baru. Kopeng merupakan daerah di Kabupaten Semarang yang semakin berkembang dan menambah keindahannya dengan adanya banyak obyek wisata, sehingga semakin meningkatkan wisatawan yang berkunjung. Hal ini menimbulkan dampak positif bagi penduduk sekitarnya, yaitu dapat meningkatkan perekonomian mereka. Dari website www.KabSemarangtourism.id dapat dilihat perkembangan yang sangat pesat di daerah Kabupaten Semarang dengan bermunculannya obyek-obyek wisata baru. Salah satu obyek wisata yang sedang viral adalah Ecopark Boemisora, yang berada di daerah Polobogo Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Boemisora berasal dari bahasa Sansekerta, bumi artinya adalah tempat kita tinggal dan sorah artinya adalah ajaran. Jadi Boemisora artinya wisata alam yang mengedukasi untuk semua kalangan.
Wisata Ecopark Boemisora terletak di lereng Gunung Merbabu. Gunung Merbabu letaknya sejajar dengan Gunung Ungaran dan Gunung Merapi dan termasuk kelompok gunung aktif tipe B. Ketinggiannya sekitar 3.145 mdpl.
Saya jadi teringat cerita rakyat tentang terjadinya Gunung Merbabu.
KISAH TERJADINYA GUNUNG MERBABU
Asal kata Merbabu adalah meru dan abu. Meru artinya gunung, abu artinya abu-abu. Merbabu artinya gunung berwarna abu-abu. Saat meletus, seluruh permukaan tanah tertutup oleh material abu vulkanik berwarna abu-abu.
Dikisahkan di sebuah hutan hiduplah seorang raksasa bernama Kyai Bakuh. Raksasa ini setiap hari selalu memakan semua jenis binatang, hingga akhirnya semua binatang di hutan itu habis. Karena kelaparan, raksasa itu mulai pergi ke pedesaan untuk mencari mangsa manusia ataupun hewan ternak. Penduduk desa merasa sangat ketakutan.
Para dewa di kahyangan merasa prihatin dengan keadaan itu, dan mencari cara untuk menghentikannya. Para dewa mengutus bidadari cantik bernama Ratna Lestari. Bidadari itu diperintahkan turun ke bumi.
Saat bidadari sedang istirahat di taman bunga, lewatlah sang raksasa yang sangat terpesona dengan kecantikannya. Raksasa bertanya siapakah bidadari tersebut, dan dijawab oleh bidadari bahwa dia adalah penghuni hutan ini. Namun raksasa tidak percaya, karena selama dia ada di hutan tak dijumpainya bidadari secantik ini. Bidadari menjawab bahwa dia sangat takut melihat sang raksasa, karena itu tiap kali raksasa lewat bidadari lari bersembunyi.
Raksasa jatuh cinta pada bidadari dan memohon agar mau menjadi istrinya. Namun bidadari menolaknya, karena takut akan dibunuh sang raksasa. Akhirnya dengan segala bujuk rayu, raksasa berhasil membujuk bidadari agar mau menjadi istrinya namun dengan satu syarat.
Bidadari meminta awan kemerah-merahan di atas mega, dan dia ingin mengambil nya tanpa bantuan raksasa. Bidadari meminta raksasa agar menelungkupkan tubuhnya ke tanah, dan bidadari berdiri di atas punggungnya untuk mencapai mega, namun tangannya tak sampai. Diambilnya batu yang besar-besar lalu ditumpuknya di punggung raksasa.
Berkali-kali bidadari naik turun punggung raksasa, dan menumpuk batu-batu besar di atasnya. Lama kelamaan tumpukan batu-batu itu bertambah tinggi sehingga tubuh raksasa tertimbun. Akhirnya raksasa menyadari bahwa bidadari telah menipunya. Raksasa itu berkali-kali meronta. Akan tetapi karena tumpukan batu itu terlalu tinggi, maka dia tak dapat menyingkirkannya. Tumpukan batu di bagian kepala menjadi gunung Merapi, sedangkan tumpukan batu di kaki menjadi gunung Merbabu.
Bila terdengar suara gemuruh dan tanah yang bergetar, hal itu diyakini penduduk sebagai suara raksasa yang meronta dan hendak membebaskan diri dari tumpukan batu yang menimbunnya.
Itulah sedikit kisah cerita rakyat tentang asal usul gunung Merbabu.
ADA APA DI ECOPARK BOEMISORA?
Boemisora merupakan areal perkebunan di daerah ketinggian, dengan luas areal sekitar 13 hektar. Lokasinya diapit oleh 2 sungai yaitu Sungai Gopak dan Sungai Parat. Wisatawan yang berkunjung kesana merasakan suasana yang sejuk, nyaman dan hijau. Sangat tepat sebagai tempat melepas lelah atau quality time bersama keluarga. Sejenak melupakan rutinitas sehari-hari untuk menyegarkan pikiran.
Boemisora mulai dibuka bulan Agustus tahun 2022. Untuk mencapai Boemisora, hanya dibutuhkan waktu kurang lebih 1-1 5 jam dari daerah perkotaan. Lokasinya jauh dari jalan raya dan melewati perkampungan dengan jalan yang sempit. Namun semua itu akan terbayar dengan rasa puas, bila kita sudah sampai disana.
Lokasi Ecopark Boemisora, 80 % persen adalah outdoor. Harga tiket masuk adalah Rp 25.000 per orang, dan mendapat potongan kupon sebesar Rp 10.000 per tiket untuk ditukar dengan makanan atau minuman.
Parkir untuk motor dikenakan biaya sebesar Rp 2.000 dan mobil Rp 4.000. Lokasi tempat parkir ada di bawah, sehingga untuk menuju ke atas (lokasi ecopark) pengunjung diantar menggunakan shuttle. Turun dari shuttle pengunjung masuk ke cafe, yang menghubungkan lokasi ecopark.
Pintu masuk Ecopark (Foto koleksi pribadi) |
Cafe ini merupakan cafe modern dengan interior seperti cafe Jepang. Cafe yang dikelilingi pepohonan dengan area indoor, outdoor dan rooftop. Di bawah cafe ada ruang komunal yaitu ruangan untuk pertemuan atau meeting. Di cafe ini pengunjung bisa memesan makanan untuk kemudian dibawa ke taman dan menikmatinya. Akan tetapi banyak juga pengunjung yang makan di dalam cafe.
Wisata Boemisora ini merupakan wisata alam yang mengedukasi, dan ikut ambil bagian dalam pelestarian lingkungan serta kebudayaan. Fasilitas-fasilitasnya sangat menarik, terutama yang berhubungan dengan alam dan kelestariannya.
Green house (Foto koleksi pribadi) |
Sebelah kanan cafe terdapat 2 green house. Di dalam green house terdapat beberapa tanaman sayur, tanaman buah dan tanaman hias (anggrek, tanaman sukulen). Adanya green house ini pengunjung bisa mengenal berbagai tanaman dan cara merawatnya. Tanaman-tanaman tersebut dijual di dalam polibag, dengan harga yang terjangkau.
Bagi pengunjung anak-anak, juga disediakan taman ria atau playgrond untuk bermain. Beberapa fasilitas permainan anak, tampak di halaman tengah dekat kolam ikan koi. Pengunjung bisa memberi makan ikan, tentunya sambil berfoto ria.
Bermacam-macam buah nampak ditanam di dalam pot (tabulampot) namun ada juga yang ditanam di tanah. Beberapa jenis jeruk, jambu, alpukat ditanam berjajar rapi. Buah-buah tersebut bisa dipetik, namun hanya buah tertentu saja dan buah yang sudah cukup umur.
Di Boemisora juga terdapat mini zoo yang berisi beberapa macam hewan antara lain sapi, kambing, domba, kelinci dan angsa. Pengunjung bisa memberi makan hewan-hewan tersebut dengan cara membeli makanan di tempat yang telah disediakan. Makanan berupa daun-daun itu dijual dengan harga Rp 1.000 per tangkai. Jadi disini ada interaksi antara pengunjung dengan hewan-hewan tersebut.
Hewan-hewan di Boemisora (Foto koleksi pribadi) Kotoran hewan tersebut diolah dan dijadikan pupuk tanaman. Selain itu pengelola juga menanam rumput Indigofera untuk makanan ternak, dan kemudian limbahnya diolah. Jadi disini ada integrasi dan edukasi dalam mengolah limbah menjadi pupuk, serta melestarikan alam. Pupuk tersebut tak hanya berasal dari limbah kotoran hewan, namun juga berasal dari daun-daunan dan limbah resto. Limbah tersebut didiamkan selama 2 minggu hingga menjadi pupuk kompos. Bila pengunjung hendak melaksanakan sholat, disana terdapat mushola yang bersih. Pun demikian untuk toilet juga selalu dalam kondisi bersih, dengan interior yang apik. Bagi wisatawan yang ingin menginap, disediakan vila, yang berjumlah 8 vila (1 kamar bisa diisi 3 sampai 4 orang). Bahkan untuk akomodasi adventure, wisatawan yang menginap bisa menikmati view rawa pening. Bagi yang suka berkemah juga terdapat camping ground, dengan kapasitas 20 tenda (1 tenda bisa diisi 2 atau 3 orang). Ada beberapa aktivitas bagi wisatawan yang menginap yaitu hiking di jalur perbukitan dan perkebunan, kemudian aktivitas lain adalah membuat ecoprint. Ecoprint yaitu menggambar dengan tumbuhan (daun-daunan) sebagai polanya. Dapat diterapkan di kain atau bahan lain. Pada waktu-waktu tertentu diadakan pertunjukan musik dan festival kebudayaan, di area panggung yang menghadap rawa pening. Wah tentunya sangat menyenangkan, menikmati musik sambil melihat view rawa pening. Area Boemisora juga memiliki tempat pengolahan sampah bagi limbah organik dan anorganik. Bahan-bahan tersebut didaur ulang menjadi media tanam, untuk sampah organik. Sedangkan untuk sampah anorganik didaur ulang menjadi bahan bangunan berbahan dasar plastik. Jadi Ecopark Boemisora ini selain sebagai tempat wisata, juga merupakan tempat untuk melepas lelah dari rutinitas, tempat edukasi tentang lingkungan dan kebudayaan. Mari kita ajak keluarga dan teman-teman untuk mengunjungi Ecopark Boemisora. Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Lomba Blog Pesona Wisata Kabupaten Semarang. https://www.kabsemarangtourism.id/ |
Posting Komentar