Foto dari Google |
Thek...thek...thek...thek
Pasti sudah bisa menebak ya temans, suara apakah itu?
Beberapa bulan ini di kalangan masyarakat khususnya anak-anak dan remaja, sedang ngetrend mainan baru yaitu Lato-lato. Bahkan orang dewasapun mulai menyukai mainan viral ini.
Sebut saja orang-orang terkenal yang mulai mencoba lato lato misalnya Presiden Jokowi, gubernur Jawa Barat bapak Ridwan Kamil dan beberapa selebritis papan atas. Mereka mengunggah nya ke akun sosial media masing-masing.
Saya masih ingat waktu saya masih SD mainan ini mulai digemari, mungkin kira-kira sekitar tahun 1970 an. Ada yang berpendapat bahwa mainan ini adalah mainan asli tradisional Indonesia.
Lato lato adalah mainan berupa 2 bola (bulatan) berbahan plastik polimer. Kedua bola tersebut masing- masing diikat dengan tali. Pada ujung tali dihubungkan dengan sebuah bulatan seperti cincin untuk jari kita memainkannya.
Mengutip dari kumparan.com lato lato berasal dari Amerika Serikat ditemukan oleh Marvin Glas, berasal dari Chicago sekitar tahun 1960 an. Kemudiaan tahun 1970 an mulai populer, dan mendapat sebutan clackers ball toys. Mainan ini ngetrend kembali di Indonesia pada tahun 1990 an.
Nama lain dari lato lato adalah ethek-ethek (saya menyebutnya begitu saat masih kecil), nok nok, tek tek, tok tok. Di Makasar disebut lato lato ( dari bahasa Bugis).
Di Amerika Serikat disebut clackers, knockers, clankers, click clack, atau clack clack.
Lato lato ini tentunya mempunyai dampak positif dan negatif . Dikutip dari Jawapos.com, pendapat dari akademisi Universitas Hamzanwadi yaitu Dr Habibudddin, dampak positif dari lato lato yaitu untuk merangsang kesesuaian antara otak dengan gerakan (ketangkasan).
Selain itu juga mengurangi intensitas anak bermain gadget, secara psikologis untuk melatih motorik, kecepatan dan ketangkasan.
Dampak negatifnya yaitu mengganggu lingkungan karena suara yang ditimbulkannya, dan dapat membahayakan bila tidak hati-hati memainkannya.
Sudah banyak anak-anak yang menjadi korban saat memainkan lato lato karena tidak berhati-hati. Karena itulah sekolah-sekolah di Indonesia melarang para siswanya membawa lato lato ke sekolah, karena dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar.
Beberapa daerah di Indonesia mengadakan lomba bermain lato lato untuk anak-anak remaja.
Di daerah Bandung lomba lato lato dinilai dari ketrampilan memainkan lato lato dengan berbagai gaya atau ketangkasan. Ada yang memainkan lato lato sambil mengangkat satu kaki dan sebagainya.
Bahkan di Sidoarjo ada seorang anak yang mendapat hadiah seekor kambing, setelah menang lomba memainkan lato lato nonstop selama 2 jam tanpa berhenti.
Menurut penyelenggaranya, lomba lato lato ini diselenggarakan untuk mengisi kegiatan pada liburan anak sekolah, utamanya agar anak-anak tidak bermain gadget namun bisa berkumpul bersama teman-temannya untuk bermain lato lato ini.
Dalam beberapa tayangan youtube, lato lato ini dijadikan hiburan untuk menyambut rombongan pengantin. Ada juga di sosial media yang menayangkan bapak-bapak polisi sedang bermain lato lato saat sedang beristirahat dari tugasnya.
Sosiolog Universitas Sebelas Maret Surakarta, Dr. Drajat Tri Kartono, M. Si berpendapat bahwa fenomena lato lato bisa menjadi peluang kembalinya permainan jadul seperti gobag sodor dan petak umpet.
(sumber: m.merdeka.com).
Akan tetapi, bagaimanapun kita sebagai orang tua agar lebih bijak untuk memberi pengertian pada anak-anak kita, agar lebih berhati-hati bila bermain lato lato.
Posting Komentar