Plantdemic istilah yang sedang ngetrend yang artinya adalah "hobby atau kegemaran berkebun." Bahkan di Philipina istilah ini mulai marak sejak pandemi covid 2 tahun terakhir ini.
Di Indonesia pun juga mulai banyak orang yang suka berkebun untuk menghilangkan kebosanan karena terbatasnya aktivitas dan mengharuskan aktivitas lebih banyak dilakukan dari rumah. Ya, karena adanya pandemi maka Pemerintah mengeluarkan kebijakan PPKM (Peraturan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), semua kegiatan serba terbatas termasuk bekerja juga dilakukan dari rumah atau istilahnya WFH (Work From Home) atau ngantor dari rumah, sehingga masyarakat lebih banyak punya waktu luang di rumah.
Banyaknya permintaan tanaman menyebabkan harga jual tanaman sangat tinggi dan bahkan tidak masuk akal, terutama tananan hias. Masyarakat beramai-ramai berburu tanaman hias walaupun harganya sangat mahal, demi prestise atau memang karena kolektor tanaman mahal. Terutama masyarakat golongan ekonomi atas yang rela mengeluarkan cuan puluhan juta hanya demi memiliki (membeli) tanaman yang sedang ngetrend saat ini. Bahkan ada tanaman dari jenis tertentu yang dihargai seharga satu sepeda motor. Banyak jenis- jenis tanaman hias yang laku dan dijadikan koleksi di masyarakat pecinta kebun.
Beberapa jenis tanaman hias yang saat ini banyak dicari masyarakat misalnya jenis Monstera dan jenis aroid plant yang lain, Aglonema, Caladium, Begonia, Alocasia, Anthurium (jenis-jenis kuping gajah), beberapa jenis Syngonium, jenis-jenis tanaman varigata, beberapa jenis anggrek juga masih dicari. Tentu saja beberapa jenis harganya sangat fantastis, dan disebut tanaman sultan.
Hobby berkebun tidak hanya terbatas pada tanaman hias saja tetapi juga merambah tanaman pangan, yaitu sayuran yang bisa panen dalam jangka pendek atau biasa disebut tanaman semusim dan juga berkebun tanaman buah-buahan. Sayuran atau tanaman semusim biasanya bisa dipanen dalam jangka waktu sekitar 4 bulan. Selain itu banyak juga orang yang mencoba untuk menanam dengan hidroponik ( media tanam selain tanah). Bahkan pupuk dan pestisidapun banyak orang yang meramu dan membuat sendiri dari bahan-bahan organik (limbah) dan dari bahan- bahan yang ada di sekitar kita.
Hal ini dapat meningkatkan penghasilan dan membangkitkan kembali perekonomian di masyarat yang sempat terpuruk akibat adanya covid. Dari hobby berkebun inilah masyarakat bisa mengembangkan bisnis baru di bidang pertanian dengan cara menjual tanaman hias, menjual sarana produksi (pupuk) yang diproduksi dari bahan-bahan limbah, menjual hasil pertanian berupa sayuran organik yang bebas dari pestisida maupun pupuk berbahan kimia. Tentu saja dari segi ekonomi lebih menguntungkan karena nilai jualnya lebih tinggi dan dari segi kesehatan juga lebih bermanfaat bagi tubuh dan resiko terhadap kesehatan juga lebih kecil bahkan tidak ada jika dibandingkan dengan saprodi (pupuk dan pestisida) berbahan kimia.
Seiring dengan menurunnya kasus penyebaran covid, pemerintah mulai mengeluarkan aturan yang mengijinkan kantor-kantor mulai masuk (WFO atau Work From Office) dan sekolah kembali off line atau PTM (Pembelajaran Tatap Muka).
Bagaimana nasib tanaman-tanaman sultan tersebut?😍😍
Perlahan-lahan saat ini harga tanaman-tanaman tersebut mulai menurun. Masyarakat mulai kembali dengan aktivitas dan kesibukan masing-masing di luar rumah, sehingga tanaman-tanaman yang dirawat pada saat mereka WFH mulai terbengkalai atau tak terawat. Jadi bisa diambil kesimpulan bahwa plantdemic atau hobby berkebun tersebut hanya musiman (bagi sebagian orang).
Tetapi untuk orang yang memang benar-benar pecinta tanaman, pendapat tersebut tidak benar. Karena ada atau tidak ada pandemi bagi penggenar tanaman tidaklah masalah, mereka tetaplah pecinta dan penggemar tanaman yang dalam kondisi apapun berusaha untuk selalu menjaga dan merawatnya.
Semoga pandemi segera berlalu dan semoga harga tanaman bisa terus stabil agar perekonomian petani tanaman hias ataupun tanaman pangan juga stabil dan bangkit kembali ... aamiin 🙏🙏🙏
Tanaman anggrek bulan
Tanaman Aglonema
Tanaman Caladium
Semarang, 23 Mei 2022
plantademic jadi ngetren sejak pandemi, ya? tanamanmu cantik2 banget deh, mbak. aku susah bisa sampai begitu.
BalasHapusAiih..cantik-cantiiik tanamannya mbaa.. Utk yg ikut2an sih mungkin setelah pandemi berlalu maka plantdemic nya pun usai..tapi bisa juga yg tadinta ikut2an lalu jatuh cinta beneran dan menjadikan hobi berkebun ini sbg bagian dari kesehariannya..hehe..
BalasHapusBanyak yg kena plantdemic emang sejak pandemi. Alhamdhulilah si lingkungan jd.makin seger krn banyak taneman. Aku pun yg tadinya ga gitu telaten merawat taman di rumah dikit2 mulai nata juga sejak pandemi. Seneng si rumah jd makin ijo dan adem
BalasHapusBerbagai tanaman yang ada di foto itu kayaknya ada di kebun saya, mba. Hanya saja bukan saya pengasuhnya hehehee... semua punya ibu. Beliau dari jaman dahulu kala sudah hobi berkebun, tidak sekadar efek pandemi aja. :)
BalasHapusHarga tanaman sekarang turun ya, mba? Wah mau dong belanja tanaman lagi, hihii... Dulu monstera aja harganya selangit ya, karena saat pandemi nyaris semua orang hobinya berkebun sebagai pelampiasan nggak bisa jalan-jalan. Duit untuk plesiran dialokasikan untuk hobi di rumah aja.
BalasHapusGalfok dengan koleksi tanamannya yang lengkap, mba
mbak telaten banget ngerawat tanamannya termasuk aggrek-anggrekk, aku selalu ngerasa ngiri yang tangannya hangat ke tanaman
BalasHapusDiriku pun sempat juga jd hobi menanam pas pandemi lalu mba, tp sekarang hobiku kok ngilang lagi, hihi
BalasHapusAku termasuk ya g terkena demam pelihara tanaman pas pandemi, sekarang sih tetap punya tanaman di rumah tapi tidak excited kayak dulu hobi beli tanaman berbagai jenis termasuk peralatannya hehe
BalasHapusAku juga seneng banget menanam klu tanaman mati gitu suka sedih gitu. Hiks. Eh baru tahu ada istilah plantdemic. Iya tanaman jadi mahal ya selama pandemi. Salam kenal
BalasHapusAku nanem bunga buat mengisi waktu luang sih mbak hahaha selain itu rumah jadi lebih adem di mata juga kalau ada daun2 di dalam
BalasHapus